Sunday, July 26, 2009

KISAH TERINDAH DALAM HIDUPKU

Blog ini berisi kisah cinta dan juga perasaan cinta antara aku dan istri tercinta, selagi berpacaran dan juga setelah menikah dan sekarang kami sudah mempunyai anak anak yang cantik cantik dan juga tampan. Dua cowok dan dua cewek, itulah hasil perkawinan kami.
Kadang kalau saya dan istri bercerita masa lalu, terkadang saya ingin hadir di dalam masa mudanya. Saya begitu tertarik mendengar masa lalunya. Ia pasti cantik. Bahkan lebih cantik dari ketika aku mengenalnya pertama sekali. Tapi Tuhan memang tidak berniat untuk mempertemukan kami sebelum waktu yang ditakdirkan. Aku bertemu Len beberapa bulan sebelum aku mengajaknya untuk menikah. Aku mengajaknya untuk menikah beberapa bulan setelah aku mencium pipinya. Tapi selagi berpacaranpun aku sudah merasa bahwa ia merupakan wanita yang istimewa dalam hidupku. Tapi saat itu aku tak mengerti akan semua kata hati yang bergelut di benakku. Aku tak mengerti bahwa dia adalah calon ibu dari anak anakku. Sungguh aku tidak bisa membaca jodoh yang ada di depan pelupuk mataku. Masih kuingat ketika pertama kali kami bertemu, saya bahkan berbohong menyebut namaku. Kukatakan bahwa namaku adalah: Anwar Asghara. Padahal namaku sebenarnya bukanlah itu. Sebuah kebohongan besar yang terucap dari bibirku pada calon istriku. Tapi begitulah namanya takdir. Semua itu terjadi karena ketidak mengertian akan jodoh. Pada saat itu Tuhan belum mengizinkanku untuk mengetahui bahwa padanyalah nanti kuserahkan anak keturunanku.
Masa terus berlalu. Kini kami tetap akur dan mudah mudahan akan akur di dunia dan sesudahnya. Kadang kalau aku bercerita masa lalu, aku merasa bahwa kami terlalu lama untuk dipertemukan Tuhan. Kadang juga aku ingin hadir di dalam hidupnya ketika ia baru menginjak dewasa. Tapi saat aku memikirkannya, terkadang aku merasa terlalu egois. Seakan aku ingin memborong jalan hidupnya dari awal sampai akhir. Tapi aku sering sadar, bahwa pertemuan kami yang terjadi cepat atau lambat, mengertinya aku dan dia bahwa kami saling memilikipun setelah terjadinya hubungan cinta, maksud saya bukan tiba tiba
langsung bicara perkawinan, adalah jalan terbaik yang ditentukan Tuhan untuk kami.
Kisah antara aku dan istriku merupakan kisah terindah dalam hidupku. Sebab itulah sebenarnya blog ini tercipta.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Saturday, July 25, 2009

BLOG MY LOVE IS MY WIFE

Blog ini berisikan kisah cinta saya dan kekasih saya yang berujung pada pernikahan.
Chapter 1-40: berisi kisah cinta sebelum menikah.
Chapter 40-45: berisi cinta istri pada saya, cinta saya pada istri dan duri duri masa lalu.
41. Demi keutuhan.
42. Perjalanan berduri.
43. Karena aku mencintai Len.
44. Crying of my wife.
45. Because she loves you.

Terima kasih telah berkunjung ke halaman saya.

Ingin dapatkan buku pengalaman haji, klik gambar di bawah ini:

BECAUSE SHE LOVES YOU (45)

Ketika Pak Tua datang padaku pada keesokan harinya, saya menceritakan semua kejadian semalam padanya. Kukatakan bahwa ia telah lupa jangan memanggil perempuan bernama Mery itu ke tempat saya. Itu hanya akan membuat istri saya cemberut dan membeciku. Ketika kukatakan, ia langsung tersadar bahwa ia telah lupa. Pak Tua merasa malu sekali karena telah melakukan kesalahan yang membuat istriku menangis.
Saya juga menceritakan pada Pak Tua bahwa saya dan istri saya pernah melintas dari depan rumah Tia. Secara tak sadar mataku menatap rumah Tia. Ya ampun. Istriku menuduh bahwa saya masih menyukai Tia. Benar benar aku dihajar istriku dengan masa laluku. Sejak saat itu, setiap melintas dari depan rumah Tia, saya selalu seperti menopang wajahku agar tidak melihat ke arah rumah Tia lagi. Agar tidak dituduh lagi masih memikirkan Tia. Saya selalu mengingat setiap melintas dari rumah Tia. Saya bukan mengingat Tia, tapi mengingat saya akan disindir bila terlanjur memandang rumah Tia. Kalau soal Tia, dia sudah lama kulupakan. Kalau saja aku menyukainya, aku yakin akan sangat mudah mendapatkannya. Tapi aku hanya mencintai LEN. Aku tak punya cinta untuk dibagi pada yang lain. Aku hanya bisa memilih LEN. Apapun yang akan terjadi.
Lalu setelah mendengarkan cerita mengenai istriku yang jadi menangis karena Mery, dan juga terpaksa menopang wajah agar jangan dituduh yang bukan bukan, akhirnya pak tua hanya mengatakan, 'Dont be sad. She does like that because she loves you'.
Saya menyadari. Saya mengakui, saya hanya tersenyum karena kata kata Pak Tua. Sayapun mengatakan pada istriku, kita sudah menjelang usia tua. Tanggung jawab terhadap anak anak sudah di depan mata. Janganlah saling curiga. Aku mencintaimu sepenuhnya. Aku menyayangi keluarga kita sepenuhnya. Aku tidak ingin terus terusan terbelenggu kecurigaan. Andainya aku boleh memilih, aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenal mereka semua. Karena aku menyadari hidupku hanya untukmu.
Jawaban Pak Tua dalam Bahasa Indonesia:
Jangan bersedih, dia berlaku begitu karena ia mencintaimu.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

CRYING OF MY WIFE (44)

14 tahun setelah terjadinya perkawinanku dengan LEN, tak ada masalah pertengkaran yang berarti antara aku dan istriku. Tapi tiba tiba temanku yang juga merangkap familyku yang sering kupanggil Pak Tua datang ke tempatku. Ia mengatakan ada temannya yang fasih berbahasa Inggeris. Pak tua sangat senang berlatih Bahasa Inggeris dengannya. Mulanya saya tidak menduga siapa siapa. Tapi setelah ia bilang namanya Mery dan tinggal di Jerman, saya langsung mengatakan bahwa dia pasti Mery mantan pacarku. Kuceritakan bahwa aku pernah mempermalukan Mery demi cintaku pada LEN ketika kami masih berpacaran. Kuceritakan lagi bahwa LEN tidak mengizinkan aku berurusan dengan Mery dengan masalah apapun juga. Sehingga aku pernah mengatakan agar Mery jangan lagi pernah menemuiku. Tapi rupanya beberapa hari yang lalu, Pak Tua lupa dengan ceritaku. Suatu hari karena Mery masih liburan di kota saya, Mery melintas di depan tempat usahaku. Lalu karena Pak Tua terlupa dengan ceritaku, ia langsung memanggil Mery. Mulanya saya merasa tak senang kalau Mery datang lagi. Sebab aku tahu istriku akan merasa tak senang kalau Mery datang lagi. Tapi kuyakinkan diriku bahwa istriku sudah melupakan masalah Mery. Lalu karena Mery sudah di depanku, aku hanya menanyakan apakah ia sehat, sudah berapa anaknya? Ia mengatakan bahwa ia belum dikaruniai anak. Kukatakan semoga ia akan cepat mendapat keturunan. Tapi biarpun hanya dengan pembicaraan yang sedikit ini, istriku tidak menerima kejadian ini. Len menangis ketika sudah sampai di rumah pada malam harinya. Aku sudah meyakinkan bahwa aku hanya mencintai LEN. Aku menceritakan lagi pada istriku bahwa aku pernah mempermalukan Mery, aku pernah mengusirnya, tak cukupkah itu menandakan cintaku. Kuyakinkan LEN dengan sepenuh harap. Aku tidak akan melepaskan cintaku pada LEN. berbagai macam cara kubuat agar aman. Akupun tak tahan melihat bila istriku menangis. Padahal aku hanya bicara tiga kalimat. Sungguh saat itu membuat aku tak tahu meyakinkannya. Lalu kuterangkan bahwa bukan aku yang memanggil Mery. Tapi Pak Tua. Kenapa aku yang salah. Lama juga untuk meyakinkannya. Tapi aku bersabar karena ia hanya salah mengerti. Kuterangkan sejelas mungkin bahwa aku tidak menyukai siapapun. Kukatakan padanya aku hanya mencintainya. Aku hanya mencintai LEN. Barulah perlahan lahan ia tak menangis lagi.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Friday, July 24, 2009

KARENA AKU MENCINTAI LEN (43)

Belum sampai dua bulan setelah perkawinanku dengan LEN, ternyata ibu Tia semakin berani mengincar kami. Ia semakin berani menemui istriku. Ini merupakan salah satu yang aku takutkan dalam meyakinkan istriku. Tapi syukurlah, akhirnya Tuhan memberi keberanian pada istriku untuk mengusir ibu Tia. Akupun tak tahu hal ini. Aku tahu karena istriku menceritakan kalau ia telah mengusir ibu Tia. Tak tahu sejauh mana pembicaraan mereka. Aku hanya diberi tahu bahwa istriku telah mengusir ibu Tia. Kalau bukan dia yang mengusirnya, bagaimana mungkin aku sampai hati. Memang aku tidak suka pada Tia. Tapi tak mungkin aku mampu mengusir ibunya. Sukurlah istriku bisa menyelamatkan rumah tangga kami dari jurang kecurigaan yang bisa saja akan melahirkan rasa tidak nyaman di antara kami.
Beberapa bulan kemudian, ibu Tia juga pernah menemuiku di tempat usahaku. Mungkin ia telah berusaha agar istriku tidak mengetahui bahwa ia menemuiku. Karena sudah pasti ibu Tia takut pada istriku. Bukan karena istriku galak. Tapi karena kedatangan ibu Tia hanya ingin menghancurkan rumah tanggaku dengan LEN. Itulah sebabnya ia takut bertemu istriku.
Di kedatangan ibu Tia ini, ia hanya mengatakan bahwa Tia sudah dilamar seseorang. Ia datang ingin menanya apakah saya setuju. Saat itu aku jadi heran. Kenapa harus aku yang menjawab. Tapi kuhargai kedatangannya sebagai orang tua. Kukatakan bahwa Tia lebih baik menerima lamaran itu. Wajah ibu Tia jadi merah padam mendengar jawabanku. Mungkin ia tidak menginginkan jawaban itu. Tapi aku tidak akan berkhianat pada istriku. Akhirnya ibu Tia pergi dengan rasa malu yang amat sangat. Seminggu kemudian ia datang lagi untuk mengantarkan undangan pernikahan Tia. Juga tanpa setahu istriku. Memang benar benar membuatku pusing semua ini. Seandainya aku boleh memilih, aku lebih baik tak pernah bertemu Tia pada masa laluku, tak pernah berpacaran dengan Tia, dari pada harus menerima tamu yang selalu siap memporak porandakan rumah tanggaku. Begitu ibu Tia pergi, itulah terakhir kali aku melihat wajahnya. Kartu undangan yang ia berikan, kubuang seketika itu. Aku takut bila istriku akan bersedih lagi bila mengetahui hal ini. Karena aku hanya mencintai dan menyayangi LEN istriku. Aku tidak pergi ke pesta Tia dan tak pernah ingin menceritakan hal ini.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

PERJALANAN BERDURI (42)

Setelah menempuh menempuh hidup baru dengan LEN. Rupanya masa laluku masih terus saja mengganggu rumah tangga kami. Kalau yang lebih dulu Mery yang tertuduh akan mengganggu, hari berikutnya datang lagi masalah Tia. Aku sudah beristri. Aku sudah menikah dengan LEN. Mery tahu akan hal ini, begitu juga dengan Tia. Tapi mereka masih datang untuk mencoba mendapatkanku. Mencoba merenggutku dari tangan LEN. Tapi aku menolak walau untuk bertemu. Aku tidak siap lagi untuk bertemu mereka dengan alasan apapun. Tapi orang tua Tia ternyata orang yang tak mau kalah. Dia masih saja berusaha untuk menemuiku. Sampai sampai aku curiga bahwa ia telah punya maksud jahat terhadap aku dan LEN. Tapi ia sebagai orang tua, tak mungkin kuusir kalau ia datang. Entah berapa kali ia datang. Bahkan temanku Ilhampun sempat dilibatkannya pada suatu hari. Saya sendiri tak mengerti mengapa Ilham berani bermaksud untuk mempertemukan aku dengan Tia. Barangkali Ilham juga sudah bermaksud memecah hubunganku dengan LEN. Tapi aku sadar. Len adalah istriku. Len adalah orang yang direstui ayah dan ibuku sebagai istriku. Len adalah orang yang kusayangi. Jadi aku tak mau bertemu dengan Tia bagaimanapun juga. Pertemuanku dengannya sebelum aku menikahi LEN kutekadkan sebagai pertemuanku terakhir dengannya.
Dalam pada ini LEN hampir saja tersinggung. Ia malah menyuruhku untuk menemui Tia yang sudah menunggu di belakang salah satu tempat usaha kami. Tapi aku tahu ia menyuruhku karena sudah benci melihat suasana ini. Kenapa ia harus dapatkan laki laki seperti aku. Tapi aku mengerti dengan kesebalan hatinya. Aku jadi disindir istriku sendiri. Temanku Ilhampun kena marahi. Tapi aku tak menyalahkan LEN. Aku tahu ia sangat mencintaiku. Aku hanya berpikir seandainya aku tak mengenal Tia, mungkin ini tidak akan terjadi. Tapi tuhan telah menggariskan demikian. Aku hanya mengalah. Sebab aku mengerti perasaan istriku. Aku hanya memohon pada yang kuasa, semoga berakhirlah perjalanan berduri dalam rumah tanggaku. Aku ingin hidup damai tanpa diusik orang yang hanya akan menghacurkan rumah tanggaku. Aku ingin agar istriku tidak menaruh kecurigaan yang parah seperti itu padaku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

DEMI KEUTUHAN (41)

Setelah
PERNIKAHAN kami dilaksanakan, memang kutemuilah bahwa tidak akan ada wanita secocok dia untuk menjadi istriku. Tidak akan ada selain dari pada LEN. Aku benar benar telah menemukan kedamaian di rumah tangga kami. Dia benar benar telah diciptakan Tuhan hanya untukku. Semua masa lalu hanya menjadi cerita yang membuat duri dalam hidup kami. Satu minggu setelah pernikahanku dengan LEN, tiba tiba Mery datang padaku. Dia datang dengan urusan bisnis. Tapi itu hanya menurut omongannya saja. Kalau tujuannya yang paling benar, tentu dialah yang paling tahu. Tapi ketika terjadi pertemuan dagang kami berikutnya, LEN rupanya tidak setuju dengan pertemuan itu. Apapun alasannya, apapun tujuannya. Saya sebagai seorang suami tentu harus mengalah atas beberapa alasan. Alasannya karena aku pernah menjalin hubungan cinta dengan Mery. Istriku LEN pernah memergoki aku dan Mery sedang bersama sama. Len pernah hampir merasa benci padaku ketika kami masih berpacaran. Tapi saya mengatakan yang sebenarnya, bahwa aku hanya mencintai LEN. Tapi hari ini, belakangan ini Mery datang atas alasan dagang dan istriku tidak menerima. Aku mengerti. Aku sangat mengerti. Jadi demi hubungan baikku dengan istriku, kukatakan apa sebenarnya yang terjadi pada Mery. Kukatakan agar kami tidak usah berhubungan dengannya dengan alasan apapun. Di satu sisi saya sangat malu. Dia datang dengan alasan dagang, tapi aku menolak dengan alasan istriku tidak setuju. Aku mengatakan bahwa istriku tidak senang melihatku dengan Mery dengan alasan dan tujuan apapun. Tapi meski malu, saya sudah melakukannya demi istriku. Akupun sadar betapa ia membenci Mery. Karena itu aku pernah seperti mengusir Mery. Begitulah yang terjadi di dalam rumah tanggaku. Tapi aku yakin memang ini merupakan jalan yang lebih baik, yang sepatutnya kami lalui bersama. Tak lama kemudian, Merypun menemukan jodohnya. Ia akhirnya menikah dengan seorang Jerman. Sejak itu saya tak lagi melihatnya. Memang lebih baik begitu. Aku juga tak menyukai Mery. Tapi yang membuat aku menerima Mery untuk berbicara hanya karena uang. Tapi seperti kukatakan sebelumnya, istriku tidak menerima dengan alasan apapun. Jadi aku menurut saja. Kulakukan apa yang diinginkan istriku. Demi keutuhan cinta dan perkawinan kami.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Sunday, July 19, 2009

KISAH CINTAKU DENGAN ISTRIKU TERCINTA

Website ini adalah halaman yang menceritakan kisah percintaan saya dengan istri saya. Kutulis 15 tahun setelah pernikahan kami berlangsung. Kumaksudkan menulis semua ini hanya sebagai kenang kenangan masa lalu saya bersama istri saya tercinta. Kisah cinta yang berlanjut ke jenjang perkawinan. Meski harus melaklui sedikit masalah dan rintangan yang terjadi karena sebuah serangan fitnah dan karena perkawinan kami adalah perkawinan lintas budaya yang masa itu masih dielakkan banyak orang orang tua.
Chapter cerita cinta ini terdiri dari 40 chapter. Tapi terkadang saya tidak memposting semua. Hanya kadang kadang saja saya memposting kisah cinta saya dan istri saya. Maaf atas ketidak terbukaan saya pada pembaca jika kebetulan tidak semuanya dipublish. Karena postingan ini hanya untuk saya dan istri tercinta dan juga bagi teman teman dekat saya yang berminat untuk membaca. Tapi jika sedang dipublish, barangkali ada gunanya buat menambah pengalaman bercinta.
Semua kisah cinta ini sudah berlalu. tak ada lagi yang tersisa kecuali surat surat cinta kami sebelum melangkah ke pelaminan. Tak ada lagi kecuali kecuali kenangan manis dan ungkapan perasaan yang sempat tergoreskan di beberapa helai love letter kami. King kami sudah hidup bersama dan sudah dikarunia 4 anak manis dan manja. Semoga kebersamaan kami akan abadi. Thank to God. May God bless us forever.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

DAFTAR ISI KISAH CINTAKU DENGAN ISTRIKU

Judul postingan antara lain:
1. Pertemuan pertama dengan istriku.
2. Kedatanganmu membuatku yakin akan cinta.
3. Cintamu lebih berarti bagiku.
4. Lagu cinta untuk my love.
5. Semenjak dia ada di hatiku.
6. Dia hanya milikku seorang.
7. Bagai bunga melati indah dan putih.
8. Tiada yang tahu harum bungaku.
9. Mengapa aku sering memikirkannya.
10. Mengapa aku begitu jujur.
11. Kepercayaan.
12. Mulailah berguguran bunga bungaku yang lain.
13. Gambaran tangga menuju kasih Len.
14. Keluarganya dan keluargaku.
15. Photo sang kekasih.
16. Dalam kerancuan malam.
17. Dia tahu, tapi tak mengerti sejauh mana.
18. Saat terindah bersama kekasihku.
19. Di bukit berbunga.
20. Kuucap untuknya, I love you, honey.
21. Daun daun yang berguguran.
22. Berlian indah pertanda cinta.
23. Kulihat keraguan di hatinya.
24. Karena kejujuran.
25. Musuh dalam selimut.
26. Calon mertuaku.
27. Mertuaku menolak.
28. Perlu perjuangan dan keberanian.
29. Keputusan yang bulat.
30. Ketika kuceritakan pada ibuku.
31. Hati seorang yang mencinta.
32. Tuhan tak mengizinkan kaki kami terluka.
33. Robohnya dinding penghalang.
34. Senyuman ibuku.
35. Pengakuan LEN di depan ibu kekasihnya.
36. Merencanakan hari perkawinan.
37. Ketika ayahku memanggil semua anaknya.
38. Menyerahkan mahar.
39. Ramalan pamanku.
40. Lagu kenangan sebelum pernikahan.

LAGU KENANGAN SEBELUM PERNIKAHAN (40)

Setelah urusan di kota LEN sudah selesai, dan kami sekeluargapun sudah akan pulang ke kota kami, LEN pun segera kuantar ke rumah mertuaku. Kebetulan kendaraan yang kami pakai adalah mobil kakakku. Di mobil inilah terakhir kalinya aku besama LEN dalam hubungan sebelum menikah. Saya masih sempat meremas tangannya di dalam mobil itu. Lagu music yang memang ada di dalam mobil itu mengalun merdu dengan merdunya. Masih kuingat lagu itu sampai hari ini. Bahkan sempat kubeli kasetnya beberapa hari setelah hari pernikahanku dengan LEN. Yaitu lagu:
GLENN FREDLY.
Berjudul
BENCI TAPI RINDU.
Memang lyric lagu itu tidak ada hubungannya dengan kisah cintaku dengan istriku. Tapi lagu itu punya tempat tersendiri di moment percintaan kami. Di bawah ini kutuliskan lagunya.
BENCI TAPI RINDU.
Bukan hanya hanya sekedar pengibur.
Diriku sayang.
Bukan hanya pelepas rindumu oh sayang.
Sakit hatiku kau buat begitu.
Chorus:
kau datang dan pergi sesuka hatimu.
Kejamnya dikau teganya dikau padaku.
Kau pergi dan datang sesuka hatimu.
Oh sakitnya hati bencinya hati padamu.
Sakitnya hati ini, namun aku rindu.
Bencinya hati ini, namun aku rindu.

inilah lagu yang terakhir kali mengalun di saat kami berdua. Di saat hari hari menjelang pernikahan kami.
Saya mengantarkan LEN ke rumah mertuaku. Kujabat tangan calon istriku dan juga mertuaku. Lalu sayapun pulang. Kuucap salam buat calon istriku. Sampai jumpa nanti. Pertemuan kami selanjutnya adalah pertemuan untuk melaksanakan pernikahan. Maka dengan kuantarnya LEN kerumah mertuaku, maka berakhirkah sudah kisah percintaan kami. Saya merasa cinta itu sangat indah, sebab itu kutulis halaman ini. Dialah cintaku untuk selama lamanya. Saya telah memilihnya sebagai manusia paling cocok denganku untuk menjalani hidup ini. Mungkin inilah yang dinamakan jodoh.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci

RAMALAN PAMANKU (39)

Seusai acara penyerahan mahar, kamipun mulai berniat untuk meniggalkan rumah LEN. Lalu karena sudah beberapa hari ini saya tidak pernah bertemu LEN, sayapun minta izin pada mertuaku untuk membawa LEN. Memang disatu sisi saya sudah sangat rindu untuk bersamanya. Di sisi lainpun semua saudaraku masih ingin mengenal lebih jauh tentang LEN calon istriku. Setelah kupermisikan, aku melihat rona wajah tak setuju di wajah mertuaku. Tapi entahlah apa yang dipikirkannya sehingga ia mengizinkannya juga. Kami pergi meninggalkan rumah mertuaku. Inilah pertama kalinya LEN berada di antara semua saudaraku. Saya sangat bersyukur karena ia nampak mampu untuk beradaptasi. Semua saudaraku kelihatan menghormati dan menyayanginya. Begitu indah kebersamaan ini. Tujuan selanjutnya, kami pergi ke rumah kakakku yang sekota dengan LEN. Disini saya mengatakan sesuatu padanya. Saya menceritakan bahwa saya telah berbicara panjang lebar lebar dengan seorang pamanku. Kata pamanku nama LEN sebaiknya diganti untuk hidup yang lebih bahagia denganku. Kata pamanku namanya lebih bagus kalau ditambah diujungnya. Jadi kukatakan bahwa nama LEN sebaiknya ditambahi saja. Namanya ditambah dari ujungnya. Nama depannya tetap namanya yang lama dan nama belakangnya ditambah dengan namaku. Diapun setuju saja dengan apa yang aku usulkan. Memang begitulah sikapnya padaku. Iapun telah setuju dengan nama yang aku berikan. Hari itu kekucup kening LEN sudah sebagai calon istriku. Calon pendampingku dalam meniti hidup ini. Mengenai penggantian nama ini sebenarnya bukanlah satu keharusan. Dan soal ramalan pamanku yang mengusulkan agar nama LEN ditambah, sebenarnya bukanlah ramalan yang pasti. Nama calon istriku ditambahi dengan namaku hanya sebagai coba coba saja. Siapa tahu ramalan pamanku benar. Lagi pula saya senang kalau namaku ada terdapat di ujung nama istriku. Jadi semua semakin baik jadinya. Sejak itulah nama istri bergandeng dengan namaku di kartu identitasnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci

Saturday, July 18, 2009

MENYERAHKAN MAHAR (38)

Setelah saudaraku sudah berkumpul semuanya, tibalah hari yang dijanjikan kedua orang tuaku. Kamipun pergi menuju ke sana. Rupanya di rumah calon mertuaku sudah ada family yang mereka undang untuk menyambut kami. Di hari ini aku mulai berjabatan tangan dengan semua. Hingga tiba giliran menjabat tangan kedua calon mertuaku. Mereka mengatakan sesuatu, lalu saya menjawab dengan sebaik baiknya. Disinilah saya mulai memanggil keduanya dengan panggilan mertua atau tulang dan nantulang dalam bahasa adat setempat. Dalam pertemuan itu saya kembali melihat kekasihku, tapi bukan lagi sebagai status pacar. Tapi dialah calon istriku. Calon istri yang kupilih di antara perempuan yang ada di muka bumi ini. Dan calon istri yang telah disediakan tuhan untukku dalam mengarungi hidup ini.
Sejumlah mahar sudah tiba saatnya untuk diserahkan. Acara ini terlaksana tidak sesuai dengan adat yang dianut mertuaku. Tapi mertuaku nampak maklum. Banyak yang keberatan dengan cara adat maupun budaya yang kami pakai, tapi hari ini justru mertuakulah yang membela kami. Dia minta agar petugas adat maklum dengan budaya kami. Mertuaku menerangkan perbedaan budaya yang ada, sehingga semuanya berjalan juga sesuai waktu yang ditentukan. Hingga semuanya selesai. Hingga tiba saatnya kami untuk berangkat meninggalkan rumah mertuaku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

KETIKA AYAHKU MEMANGGIL SEMUA ANAKNYA (37)

Dengan selesainya pembicaraan ayah dan ibuku di rumah calon mertuaku, maka selesailah sudah semua urusan untuk perancangan perkawinan kami. Semua cerita pelamaran ini diceritakan ibuku secara terperinci agar saya tahu jalan ceritanya. Dan dapat disimpulkan riwayat terjungkalnya gunung tinggi antara aku dan LEN adalah karena keterus terangan ayahku pada calon mertuaku, kemudian atas tidak berpihaknya LEN pada orang tuanya. Tapi semua itu tak dapat disalahkan. Dan tak pantas juga calon pengantin perempuan malu karena itu. Semua orang tahu artinya cinta. Semua orang tahu kerinduan dan asmara. Jadi semua itu lumrah saja terjadi. Saya sebagai calon suami juga sudah dihajar habis habisan dengan banyak kalimat yang menandakan ia tak merestui aku dan LEN pada mulanya. Tapi karena kami tak mau dipisah, aku terus berusaha meyakinkan calon mertuaku. Hingga terasa harga diriku hancur sampai lumat karena perjuanganku. Tapi aku tak perduli demi cinta kami. Sama saja dengan calon istriku LEN, dia juga sudah mengorbankan harga dirinya demi cinta kami. Demi rasa inginnya hidup bersama laki laki pilihannya. Tak ingin berpisah walau apapun yang akan terjadi. Kemudian pada malam itu juga karena semua urusan sudah hampir tuntas, lalu ayah dan ibukupun mulai menelepon anak anaknya agar pulang ke rumah kami di sumatera utara untuk urusan ini. Mereka semua mesti sampai dalam tiga hari, sebab ayah dan ibuku sudah berjanji pada hari itulah mahar yang dijanjikan diantar ke rumah calon mertuaku.

MERENCANAKAN HARI PERNIKAHAN (36)

Dengan terucapnya pengakuan LEN tentang kesediaannya untuk menikah denganku, dan juga dengan pengakuannya tentang rencana kami untuk melarikan diri. Maka tak ada lagi yang bisa diperbuat calon mertuaku. Di satu sisi ia sudah merasa kalah oleh tidak berpihaknya LEN anaknya sendiri padanya. Di satu sisi tidak ada lagi gunanya untuk menunda nunda pernikahan kami.
Dalam pada ini, ayahku yang merasa sakit sakitan belakangan ini mengharap agar mahar dan acara pernikahan kami dibicarakan saja hari ini juga. Secara adat yang berlaku di daerah ini, rencana ayahku benar benar tidak sesuai. Tapi mendengar pengakuan ayahku tentang kondisi kesehatannya tak memungkinkan untuk ditolak, lalu calon mertuaku menyetujui saja permintaan ini. Mungkin ditambah lagi karena calon mertuaku telah menganggap ayahku sebagai penyelamat bagi nama baiknya. Tanpa kedatangan ayahku, mungkin LEN sudah tidak dirumahnya lagi nanti malam. Jadi ayahku sudah berbuat sebagai dewa penolong untuk aku dan LEN, begitu juga buat keluarga LEN. Jadi semua ini telah membuat calon mertuaku untuk tidak bisa menjawab. Pada mulanya calon mertuaku memang meminta agar waktunya diundur saja. Walaupun terus terang mengatakan bahwa ia sudah merestui hubungan kami. Tapi ayahku memberi alasan bahwa anak anaknya bertempat tinggal sangat jauh. Ada yang di Jakarta dan di Bengkulu. Jadi begitu anak sulungnya dipanggil nanti, semuanya mesti harus selesai secepatnya. Karena tak mungkin mereka berlama lama disini. Mahar akan diurus anak ayahku yang sulung. Pesta perkawinanpun dia yang akan mengurusnya nanti karena ayahku sudah tidak kuat fisiknya. Jadi semua acara mesti harus dipersingkat. Lalu karena mendengar semua alasan ini, akhirnya calon mertuaku menurut saja. Semua akhirnya dipastikan pada hari ini. Termasuk jumlah mahar yang akan disediakan. Begitulah hingga akhirnya semua bisa dituntaskan. Termasuk jadwal hari penyerahan mahar, hari pernikahan, begitu juga dengan pesta peresmiannya. Memang semua rancangan ini benar benar sudah diluar adat budaya yang berlaku. Tapi nampaknya calon mertuaku sudah tidak mempermasahkannya lagi. Walau pada akhirnya banyak di antara familinya sendiri yang merasa tidak senang dengan acara perkawinan yang begitu tiba tiba ini.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

PENGAKUAN LEN DI DEPAN IBU KEKASIHNYA (35)

Setelah Cudin memastikan bahwa mereka telah sampai di rumah LEN, barulah ayah dan ibuku turun dari mobil untuk menemui orang tua LEN. Calon mertuaku menyambut kedatangan tamunya yang sedang datang ini dengan baik. Ayahku pun mengatakan pada calon mertuaku bahwa mereka datang hanya untuk berkunjung dan silatur rahmi saja. Setelah semuanya sudah sama sama duduk di ruang tamu, permasalahanpun sudah mulai bisa diuangkapkan. Ayahku mengatakan bahwa ia sangat terkejut mengetahui bahwa anaknya telah melamar LEN. Ia mengakui bahwa ia tidak pernah tahu hal ini sebelumnya. Baru tadi malam ia mengetahui semua ini. Lalu karena itulah ia segera kesini. Dalam pertemuan ini ia mengatakan bahwa iapun tak akan bisa menghalangi anaknya. Dan ia yakin siapapun takkan bisa menghalangi orang yang sudah saling menyukai seperti anaknya dan LEN. Ia malah menceritakan bahwa dulupun ia mengalami nasib seperti ini. Akibatnya berbuntut tak pernah selesai entah sekian lama. Jadi iapun tak ingin bila hal ini terulang pada anaknya. Ia sudah mengakui datang secara baik baik. Dan karena niat yang baik ini ia paksakan datang walaupun dalam keadaan susah karena ayahku sudah mengidap penyakit komplikasi. Ia juga mengatakan bahwa menghalangi aku dan LEN adalah sesuatu yang amat sulit untuk dihentikan. Jadi ia memohon agar aku dan LEN lebih baik disetujui saja pernikahannya. Tak usah dihalangi, sebab dengan menghalanginya, hanya akan mengundang masalah besar. Ayahku juga memberi tahu bahwa aku dan LEN telah berencana akan melarikan diri. Boleh saya mengenal teman wanita anak saya yang di rumah ini. Mungkin kita bisa tahu lebih pasti bahwa kita tidak akan mampu lagi menghalangi mereka. Itu yang dikatakan oleh ayahku. Lalu setelah mendengar kabar tentang perjanjianku dengan LEN ini, akhirnya calon mertuaku jadi terdiam. Dia tak mampu lagi mempertahankan kekerasan hatinya. Dia memanggil LEN dan menanya tentang hal ini. Jawaban yang diproleh tetap saja mengartikan bahwa LEN bersedia menikah denganku. Ibukupun menanyakan apa benar kami telah punya janji. Len menjawab yang sejujurnya. Sejak inilah calon mertuaku mulai mengalah. Jika ia tetap menolak, ia sudah mendengar sendiri bahwa len akan pergi lari dengam laki laki kekasihnya. Dengan didapatnya kepastian ini, mulailah kedua belah keluarga ini bicara semakin akrab.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

SENYUMAN IBUKU (34)

Ketika saya pulang dari pasar ke rumah pada malam harinya, disinilah saya mendapatkan sejalas jelasnya bagaimana sebenarnya tentang sebab musabab robohnya tembok pemisah antara aku dan LEN. Setelah berjumpa dengan ibuku, diapun mulai menceritakan semuanya. Saya masih ingat betul bagaimana rona wajahnya kala itu. Ibuku merasa sangat lega dan sangat gembira dengan terhindarnya aku dan LEN dari masalah besar yang akan kami hadapi. Dengan senyuman di wajah, ibupun mulai menceritakan semuanya secara detail. Rupanya setelah ibu dan ayah pergi ke pesta perkawinan sepupuku, mereka sudah terus berangkat menuju kota tempat LEN bertempat tinggal. Karena akan menuju rumah LEN, akhirnya mereka hanya sebentar saja berada di pesta family kami. Rupanya mereka sudah merencanakan keberangkatan ini sejak semua kuceritakan semua pada ibu semalam. Memang saat itu ibu tidak memberi komentar sedikitpun dari semua yang aku ceritakan. Tapi rupanya setelah aku tidur, setelah ibu menceritakan semua pada ayah, termasuk mengenai Cudin yang ternyata mengenal rumah LEN, di sinilah ayahku mengambil kesimpulan untuk berencana pergi bersama ibu menemui orang tua LEN.
Sengaja ayah dan ibuku tidak memberi tahu aku karena dia ingin menyelesaikan sendiri semua kerumitan ini. Begitulah hingga mereka berangkat dan sampai ke tujuan. Hingga bertemu pulalah kedua orang tuaku dengan kedua orang tua LEN untuk pertama kalinya. Di pertemuan inilah semuanya dibahas ayah dan calon mertuaku tentang hubunganku dengan LEN. Hingga semua, hingga semuanya tuntas dan calon mertuaku akhirnya menuruti apa yang dikehendaki anaknya. Iapun akhirnya menyadari bahwa saya adalah orang yang diharapkan anaknya untuk menjadi pendamping hidupnya untuk selama lamanya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

ROBOHNYA DINDING PENGHALANG (33)

Kejadian sebenarnya akhirnya lebih saya mengerti setelah kakakku yang tinggal se kota dengan LEN menceritakan apa sebenarnya yang terjadi. Seusai LEN memberi tahuku untuk tidak usah datang dalam pertemuan yang kami janjikan, dan kami tidak perlu kawin lari lagi. Di hari ini memang sudah saya maklumi semuanya. Rupanya orang tuaku datang menemui orang tua LEN. Saya sudah paham dalam hal ini. Tapi mengapa kedua orang tuaku sampai ke sana? Mengapa begitu tiba tiba semuanya? Bagaimana orang tua LEN pada akhirnya bisa merestui hubunganku dengan LEN? Semua cerita lengkap akhirnya kudapat dari kakakku karena dia dan kedua orang tuaku sudah berjumpa sehabis perbincangan calon mertuaku dan orang tuaku. Saya jadi maklum. Saya jadi terharu melihat kedua orang tuaku yang amat pandai menjinakkan situasi. Saya juga salut betapa mereka menyayangiku. Mereka tidak ingin bila aku harus mendapat masalah besar dalam perkawinanku dengan LEN. Itu makanya mereka mencoba mendobrak pintu penghalang yang ada. Saya bukan menuduh bahwa calon mertuaku tidak sayang pada LEN. Hanya saja ia tak mengerti dengan cinta kami. Atau juga terlalu membesarkan masalah fitnah yang ada, perbedaan budaya dan juga latar belakang keluarga kami yang berbeda. Itu yang menyebabkan ia mengambil keputusan bahwa ia tidak merestui hubungan cintaku dengan putrinya. Tapi begitulah rupanya kalau sudah jodoh. Pada akhirnya ia memahami bahwa aku dan LEN memang sudah tidak bisa dipisahkan. Ia menyadari bila menghalangi hubungan cinta kami, hanya akan menghancurkan harapan anaknya. Dan hanya akan membuat anaknya lari pada laki laki yang mencintai dan mencintainya. Dengan kedatangan kedua orang tuaku, maka robohkah sudah tembok penghalang kami. Tumbanglah sudah kekeras kepalaan calon mertuaku. Iapun menyadari dan mengerti bahwa saya adalah segala galanya bagi anaknya. Dan LEN adalah segala galanya bagiku. Semoga yang membaca tulisan ini akan bisa menganggap ini sebagai pelajaran Cinta. Memang bagi orang yang tidak berpengalaman dalam urusan cinta kasih, perbedaan keluarga, perbedaan budaya, dan masalah seperti ini akan sering membuat permasalahan serius bagi kalangan yang akan melangkah ke jenjang perkawinan. Sukurlah dalam hal ini, walaupun calon mertuaku kurang mengerti dalam hal ini, tapi ayahku sendiri bisa menyadarkannya. Sehingga kami bisa saling mencintai dan sudah akan melangkah ke masalah perkawinan yang penuh restu dari kedua belah pihak.
By writer of Book:
40 HARI DI TANAH SUCI.

Friday, July 17, 2009

TUHAN TAK MENGIZINKAN KAKI KAMI TERLUKA (32)

Ketika saya sudah bangun di pagi harinya, ibuku segera memanggilku. Ia mengatakan agar ia dan ayahku meminjam mobilkku dulu hari ini. Memang aku tahu adek sepupuku akan melaksanakan pesta perkawinannya tepat pada hari ini. Mereka mungkin lebih suka naik mobil dari pada naik kendaraan umum. Pagi ini mereka menyuruhku untuk memanggil temanku Cudin untuk mereka pakai sebagai sopir mereka di pagi ini. Tak banyak yang kami bicarakan pada pagi ini karena saya benar benar sedang memikirkan masalah besar tentang hubunganku dengan LEN. Mereka juga tak kusalahkan karena tidak menanya lebih jauh tentang rencanaku dengan kekasihku, sebab saya maklum mereka mungkin lelah dan sibuk karena rencana perkawinan saudara sepupuku. mereka pergi tanpa mengajakku, sebab sayapun memang tidak begitu suka menghadiri acara pesta perkawinan.
setelah kepergian mereka, haripun semakin terang. Saya terus pergi mandi dan segera bekerja di pagi ini. Jarum jam terus berjalan menurut rotasinya. Waktu terus bertambah cerah. Saat saat yang dinantikanpun hampir tiba. Sore nanti aku akan berjumpa dengan kasihku untuk tidak mau dipisah lagi. Lalu di saat tak lama lagi untuk berangkat ke tempat pertemuanku biasa dengan LEN, tiba tiba telephone berdering. Aku ak menebak siapa yang sedang menelepon. Benar benar tidak ada dugaan sama sekali. Setelah panggilan telephone kuterima, ternyata yang menelephone ku adalah LEN. Gadis yang akan melarikan diri denganku di sore ini. Ia mengatakan, "abng tak usah datang lagi, orang tua abang sudah datang kemari".
Kalimat ini benar benar membuatku tak mengerti. Lalu ia mengulangi perkataannya. Ia perjelas bahwa orang tuaku sudah bertemu dengan orang tuanya. Kami tak perlu kawin lari lagi. Sungguh pada awalnya saya tidak bisa memahaminya. Tapi begitu aku teringat bahwa ayahku meminjam mobilku, mereka pergi bersama Cudin yang mengetahui dimana rumah LEN berada, barulah saya mengerti bahwa ayah dan ibuku pergi menemui orang tua LEN. Sehingga dalam pembicaraan itu telah didapat hasil yang cukup membuat angin segar terhadap nasib cintaku bersama LEN. Tak lama LEN berbicara denganku. Tapi itupun sudah cukup membuatku mengerti, walau aku sendiri tak tahu kenapa semuanya terjadi tanpa sepengetahuanku. Tapi yang jelas, rupanya tuhan tak mengizinkan kaki kami untuk terluka dalam memperjuangkan cinta kasih kami.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

HATI SEORANG YANG MENCINTAI (31)

Di malam ini aku sangat cepat terbangun. Mungkin karena hari ini merupakan hari yang amat menegangkan buatku. Melarikan gadis orang lain dari rumahnya. Memetik bunga melati di waktu penjaganya sedang tak siaga. Karena cinta, karena kerinduan, karena ingin hidup bersama dan karena kendala yang tak dapat dihalau. Sehingga jalan satu satunya hanya melarikannya. Itulah yang kupikirkan di malam ini. Ya, seperti kesepakatan kami semalam. Begitulah keadaanku yang sebenarnya. Bagaimana dengan kekasihku? Tentu ia akan merasa tak karuan juga. Tentu saja. Dari awal ia menyukai, bunga di hatinya mekar berbuah cinta. Tak sengaja ia merasa telah kumiliki. Tak terasa ia telah memiliki seorang pilihan untuk pendamping hidupnya. Sebagai tempatnya mengadu, sebagai tempatnya bermanja manja. Sebagai temannya dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Tapi cintanya tak direstui orang tua. Cintanya malah dihalang halangi. Ia mau di kirim ke pulau seberang untuk tidak bertemu dengan laki laki yang yang ia cintai lagi, laki laki yang ia percayai untuk menjadi nakhodanya dalam melayari hidup ini. Banyak alasan dipaparkan untuknya agar berpaling dariku. Mulai dari latar belakang keluarga, turunan adat dan budaya yang berbeda, dan macam fitnah lainnya. Tapi bagaimana mungkin ia bisa membenci laki laki yang ia cintai, laki laki yang telah ia pilih sebagai teman hidupnya. Ia telah berusaha meyakinkan
orang tuanya. Mengakui cintanya pada laki laki yang ia cintai pada orang tuanya walau dengan perasaan yang berat. Tapi hasilnya sama juga dengan apa yang kuterima ketika datang melamarnya. Semua perjuangan sudah dirasa cukup, hingga malam tadi telah ia putuskan untuk meninggalkan semuanya demi laki laki dambaannya. Ia akan bersamaku untuk selama lamanya. Walau sudah kelihatan aral melintang akan menghalangi kami. Sore nanti kami akan melangkahkan kaki untuk menerobos semua pagar penghalang itu. Tentang pikirannya, tentu ia akan susah alang kepalang. Sedih karena duri duri cinta sangat ambisi untuk menghalangi. Semoga hari indah akan menanti kami disana di hari esok. Semoga mentari pagi akan tersenyum menyambut kedatangan kami berdua.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

KETIKA KUCERITAKAN PADA IBUKU (30)

Ada rasa bahagia di hatiku karena aku dan LEN akan pergi melarikan diri besok sore sesuai waktu yang sudah sama sama kami sepakati. Berarti ia akan bersamaku sepanjang wktu. Tapi ada juga perasaan sedih kalau kupikirkan kenapa aku hanya mampu dengan jalan melarikan kekasihku. Begitu cintanya aku padanya, tapi aku tidak bisa meyakinkan orang tuanya. Begitu tulusnya LEN mencintaiku tapi kenapa orang tuanya harus bersikeras memisahkan kami. Tak mereka pikirkankah betapa kami saling menyayangi dan saling mencintai. Cukupkah keegoisan dan rasa mau menang sendiri untuk menghalangi kami? Tidak. Apapun akan aku hadapi demi cintaku pada LEN. Bagiku keputusan untuk membawa LEN di dalam kehidupanku dalam ikatan hukum Tuhan adalah sesuatu yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Aku mencintainya dan aku akan membawanya pergi bersama.
Di dalam perjalanan menuju pulang ini, saya sempat berpikir, kenapa saya kurang terbuka pada kedua orang tuaku. Kenapa saya tidak pernah menceritakan tentang LEN pada ayah dan ibuku. Bahkan kenapa sudah pada tahap akan melarikan LENpun juga masih tak pernah kuceritakan pada mereka. Apa memang begitu juga orang lain dan orang tuanya. Atau aku yang terlalu tertutup, atau karena ayahku yang sudah sakit sakitan sehingga aku sudah terbiasa mengambil keputusan sendiri dan tak pernah berniat untuk minta bantuan orang tua. Saat ini aku seperti merasa sendiri dalam tugas yang amat bersejarah ini. Sehingga ketika aku tiba di rumah melewati midnight, ibuku menyuguhiku dengan makanan yang dari tadi ia siapkan. Di sini, terbukalah hatiku ingin menceritakan masalahku ini pada ibuku. Kukatakan semua dengan sejujurnya. Keberi tahu bahwa besok sore aku akan membawa LEN untuk kawin lari. Ibuku begitu serius mendengarnya. Tapi sebagai seorang ibu yang tak biasa mengambil keputusan penting semacam ini, ia hanya diam tanpa nasehat maupun pendapat. Dengan selesainya aku menyantap makanan malamku, ibukupun hanya bertanya, siapa di antara temanmu yang mengenal rumah LEN? Akupun memberitahu bahwa Cudin pernah kubawa ke rumah LEN. Sesudahnya akupun terus pergi menuju kamar tidurku. Ibuku masih berada di ruang makan saat aku selesai mengisi perut. Tak tahu lagi bagaimana perasaan ibuku saat itu. Tiba di kamar, akupun terus merebahkan tubuhku karena lelah. Dengan hati yang terus terasa harum karena bunga melati LEN di hatiku. Akupun tertidur pulas di tidur malamku.
By:
40 Hari Di Tanah Suci

KEPUTUSAN YANG BULAT (29)

Kuyakinkan Len akan segala galanya. Kuyakinkan bahwa kabar fitnah itu hanya karena rasa iri orang lain yang akan memisahkan kami. Kukatakan bahwa aku akan membelanya apapun yang akan terjadi. Akan kami bangun rumah tangga bahagia dengan cinta dan semangat yang kami miliki. Aku bahkan mengatakan bahwa aku tidak ingin tinggal di kotaku. Saya disana hanya karena menjaga orang tua yang sudah tua. Bila mereka telah tiada, aku akan ke Jakarta. Aku akan membawanya. Kurasa, kalau tentang kehidupanku dan pekerjaanku, tak banyak yang kusampaikan padanya. Aku yakin ia hanya berpihak pada kecocokan kepribadianku, rasa cintanya padaku, rindunya bila tak bersamaku, rasa kagumnya, atau juga karena Tuhan memang menciptakannya hanya untukku. Akhirnya pada malam itu, kami telah mengambil keputusan sebulat bulatnya. Kami akan pergi esok harinya untuk kawin lari. Aku akan memetik bunga melatiku tanpa sepengetahuan empunya. Malam ini, di ruang tamu rumahnya, kami mengikat janji untuk hidup bersama. Len akan kubawa kemanapun aku pergi. Mungkin inilah malam terakhir kalinya ia tertidur di bawah atap rumah orang tuanya. Kami telah berjanji untuk bertemu besok sore. Len telah bersedia menjadi milikku untuk selama lamanya. Begitu juga sebaliknya, akupun akan menjadi miliknya. Besok kami akan melangkahkan kaki untuk hidup bersama dalam suka dan duka. Aku akan datang besok untuk menjemputnya. Membawanya pergi walau kedua orang Len tak merestui kami.
Di pertemuan yang amat menentukan ini, aku masih sempat memperhatikan Wajah ibu Len. Ia memang tetap nampak berdua hati. Di satu sisi ia memang merasa keberatan dengan kehadiranku, tapi di satu sisi ia nampak merasa tidak mampu lagi untuk memisahkan kami lagi. Sebab ia pasti mengerti perasaan anaknya. Ia pasti tahu bahwa Len sangat bahagia bila bersamaku. Itulah pendapat calon ibu mertuaku menurut dugaanku.
Begitu serius pembicaraan kami di malam ini. Hingga tak terasa sudah lebih dari tiga jam kami membahas masa depan kami. Lalu tepat jam 11.30 malam itu, akupun mulai berencana pulang. Kujabat tangan lembut kekasihku yang akan jadi pendamping kehidupanku. Kukecup keningnya dengan mesra, dan akupun pamit dan pergi bersama temanku Cudin.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

PERLU PERTIMBANGAN DAN KEBERANIAN (28)

Jalan sesuai jalur adat mungkin sudah buntu. Berulangkali aku mencoba ingin menerangkan pada calon mertuaku. Tapi hasilnya tetap ditolak. Kini aku benar benar akan melakukan pelanggaran adat. Mengajak LEN untuk kawin lari. Tidak ada jalan lain lagi. Orang tua Len tidak menyetujui rancangan pernikahan kami. Jadi jalan satu satunya hanya mengajak Len untuk lari.
Ketika bertemu dengan seorang temanku seasal bernama Cudin, aku terus mengajaknya untuk bersama. Kebetulan dia berencana pulang malam ke kota kami. Sama dengan saya, sehingga saya mengajaknya untuk berencana pulang bersama.
Karena saya dan Cudin sudah satu tujuan, lalu iapun kuajak untuk sama sama pergi ke rumah Len. Ketika menuju ke rumah Len, aku benar benar sudah tidak mempertimbangkan apakah ayah Len memperbolehkan aku untuk menemui Len. Padahal ia sudah jelas jelas tidak menyetujui hubungan kami. Tapi Tuhan memang maha mengatur segalanya. Ketika saya belum sampai, orang tua LENpun sudah pergi menghadiri satu meeting. Meski dia tak akan memperbolehkan saya untuk menemui anaknya, tapi ternyata aku dengan mudah menemuinya. Sebab sudah suratan aku harus dengan mudah bertemu LEN. Saya datang dan langsung masuk ke rumah Len pada malam itu. Di malam ini, kami berbicara panjang lebar. Memang pernah Len mengucapkan bahwa ia bersedia menikah denganku meski harus dengan jalan kawin lari. Tapi ucapan tempo hari tentu ucapan karena rasa cinta dan rindu yang amat sangat. Tapi malam ini tidak cukup hanya atas dasar cinta dan rindu lagi. Kenyataan sudah ada di depan mata. Sekarang perlu perencanaan, perlu keberanian, perlu pertimbangan, perlu memikirkan akibatnya. Memang aku menyadari bahwa saat itu aku dan Len belum sama sama kenal sejauh jauhnya. Entah atas dasar apa cinta kami bisa bersemi begitu. Aku tak tahu harus menjawab atas dasar apa. Hanya Tuhanlah yang tahu kenapa aku dan Len bisa saling jatuh cinta secepat itu, dan bisa mengambil keputusan untuk kawin lari saja karena ketidak setujuan orang tua. Tapi aku sudah merasa, dialah yang terbaik bagiku. Aku tak ingin berpaling dari cinta kami. Aku mencintainya sepenuhnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

MERTUAKU MENOLAK (27)

Di saat aku menceritakan semua maksud kedatanganku, aku masih ingat wajah ibu LEN. Ia nampak diam saja tak berkomentar sedikitpun. Sementara ayah LEN diam saja seolah menunggu kapan aku selesai berbicara. Aku tak perduli bagaimanapun sikap mereka. Aku hanya mengatakan kebenaran. Aku tak bermaksud menipu. Aku datang atas nama cintaku pada LEN. Kuteruskan untuk mengatakan apa saja yang perlu kukatakan. Dan setelah selesai, apa hasilnya. Calon mertuaku hanya memperbaiki duduknya di ruang tamu itu, lalu ia mengatakan dengan kalimat yang halus sekali. Yang sampai sampai aku tak mampu menyusun kalimatnya di halaman ini. Tapi arti sebenarnya bisa diartikan bahwa ia tidak menerima lamaranku. Bukan main aku terkejutnya mendengar jawban yang sangat menentukan itu. Kulirik segera pintu kamar tempat LEN sekarang berada. Apakah LEN mendengar keputusan ini? Kalimat ini bergumam di hatiku. Kalimat yang akan menentu nasib ku bersama LEN. Kemudian dalam kebuntuan itu aku masih mencoba untuk mengutarakan maksud tujuanku. Tapi sudah terlalu banyak masalah yang menjadi penghalang di pikiran orang tua LEN. Mulai fitnahan dari keluarga Tia, perbedaan budaya, dan keberanianku yang terlalu berlebihan. Tapi aku tetap juga mencoba dan mencoba walau akhirnya keadaan menjadi sedikit tegang. Ayah LEN nampak seperti kewalahan melihat kesungguhanku. Ibu LEN akhirnya nampak seperti kasihan melihatku. Tapi ayah LEN terus bersikeras dengan keputusannya. Walaupun ia nampak seperti menahan emosinya sebab ia melihatku tak perduli dengan ranjau ranjau untuk merebut putrinya menjadi pendamping hidupku. Tapi begitulah akhirnya. Calon mertuaku menolak lamaranku. Aku bukannya pasrah dengan kekalahanku dalam debat dengan ayah LEN. Tapi aku masih terus optimis karena aku telah mengenal hati LEN sejauh jauhnya. Begitulah akhirnya pertemuan yang diwarnai kegagalan itu. Namun aku tetap yakin dengan cintaku pada LEN. Diakhir cerita akhirnya aku pamit pada kedua calon mertuaku. Dalam pada itu aku masih bisa bertemu LEN walau sesaat. Kukatakan pada LEN tanpa setahu kedua calon mertuaku. Mereka tak merestui hubungan kita. Aku akan datang lagi nanti malam. Aku tetap mengharapkanmu. Itu kalimat yang kuucapkan pada kekasihku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

CALON MERTUAKU (26)

Saat aku dan LEN tiba di rumahnya, kami mendapati ibunya sedang di pekarangan rumahnya. Kulihat di matanya bahwa ia sudah tahu maksud kedatanganku. Kulihat ada rasa tidak suka di matanya. Tapi saya merasa maklum bahwa aku telah merampas LEN darinya. Aku mengerti ia sudah merasa kewalahan memikirkan aku dan LEN. Di satu sisi mungkin ia merasa tidak mampu menghalangi aku untuk terus berjumpa bersama putrinya LEN. Di satu sisi ia merasa senang melihat kami karena melihat putrinya LEN sangat bahagia bila bersamaku. Dua sisi bertolak belakang itu kulihat di wajah ibu LEN. Yang hari itu akan bermaksud kuminta untuk menjadi mertuaku.
Dalam rencana melamar ini, bukan aku sendiri yang datang. Tapi aku datang bersama LEN, sebab aku dan LEN memang bertemu di rumah Irma. Kedatangan kami saja sudah merupakan sesuatu yang melanggar peraturan bagi orang yang sudah merasa tua dan dihormati sebagai orang tua. Tapi semua telah ditata Tuhan untuk terjadi seperti ini. Tadinya Irma yang kusuruh untuk memanggil LEN. Lalu disitulah kutahu bahwa orang tua LEN sudah datang dari luar kota. Itu yang menyebabkanku datang bersama LEN dalam hal meramal ini.
Begitu sampai di rumahnya. LENpun segera memperkenalkan aku dan ayahnya. Kami bertemu dan berjabat tangan di ruang tamu. Ayahnya ternyata seorang laki laki jangkung dan berkulit bersih. Dia lebih tinggi dariku. Aku benar benar belum pernah melihat dia sebelumnya. LEN segera menyuguhi kami mimuman. Dan terus pergi ke kamar karena mungkin ia malu untuk berada di ruang tamu itu. Atau juga karena ia tahu bahwa ayahnya benar benar tak akan setuju dengan hubungan cinta kami. Tapi aku mengerti. Tentu ia hanya mengerjakan dan menghadapi apa yang ia mampu. Ibu dan ayah LEN duduk berseberangan denganku. Aku duduk di hadapan kedua orang tuanya. Mereka sudah yakin apa yang akan aku katakan. Sementara aku sendiri tak tahu dari mana aku harus memulai pembicaraan. Tentu saja sulit bagiku untuk memulai, sebab ini kali pertama aku melakukan tugas semacam ini. Dan aku sendiri sudah paham bahwa calon mertuaku sudah menganggapku sebagai pembohong besar. Hanya satu yang membuatku tegar dalam menghadapi dialog ini. Aku selalu ingat bahwa aku sudah memiliki hati LEN. Aku tahu ia mencintaiku. Hanya itulah senjataku dalam menghadapi semua ini.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Thursday, July 16, 2009

MUSUH DALAM SELIMUT (25)

Entah kenapa sebegitu ruwet perahu cintaku bersama LEN. Baru saja berlayar sudah terombang ambing oleh badai fitnah. Kenapa Tia tahu tentang hubunganku dengan LEN. Padahal aku sudah putus dengannya sebelum aku merajut kasih dengan LEN. Bagaimana dengan Budi dan Basyid? Mereka malah tak tahu tentang hubunganku dengan LEN. Bahkan mereka tak mengenal LEN sama sekali. Bagaimana dengan Marwan? Ia juga pasti tak tahu. Ia memang pernah melihatku membawa LEN di kotaku. Tapi ia tak mengenal LEN lebih jauh. Bagaimana dengan Ilham? Mungkinkah ia yang mengadukan tentang rencana pernikahanku pada Tia. Ilham sangat baik. Ia bahkan pernah kusuruh untuk memanggil LEN agar kami bisa bertemu. Agar kami bisa pergi kemanapun kami mau? Mungkinkah ia yang merupakan musuh dalam selimut? Sehingga orang tua Tia datang menangis menemui family LEN agar orang tua LEN jangan merestui hubungan kami? Saat itu aku sudah dituduh menjadi seorang pengkhianat. Padahal aku dan Tia putus secara baik baik. Semoga Suatu hari Tuhan akan memberi tahuku, siapa sebenarnya pengkhianat di antara orang yang tahu tentang rencanaku menikah dengan LEN. Sungguh ini sesuatu yang amat susah untuk diselesaikan. Karena orang tua LEN pasti tidak sama dengan LEN. Aku menyadari kesulitan ini. Aku juga menyadari bahwa meyakinkan LEN adalah kunci dari semuanya. Tapi begitupun aku sudah harus berhadapan orang tua LEN. Yang belum pernah kukenal wajahnya sebab kami memang belum pernah berjumpa walau aku sering ke rumah LEN. Aku belum pernah bertemu dengannya walaupun aku sudah pernah makan di rumahnya, berdua di rumahnya bersama anaknya LEN. Entah kenapa Tuhan membuat kami tidak pernah saling mengenal satu sama lain. Tapi hari ini aku akan menemuinya seperti janjiku pada LEN. Dia akan kutemui sebagai seorang calon mertuaku. Sementara yang pasti, ia akan menerimaku sebagai seorang yang telah menipu putrinya. Sebagai seorang yang telah ia anggap sebagai seorang pecundang. Tapi aku tetap tidak akan perduli. Aku mencintai LEN. Aku punya janji untuk melamarnya pada orang tuanya. Aku akan lakukan semua demi cinta kami. Sebab aku percaya dengan sepenuh keyakinan, ia terlahir hanya untukku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci

KARENA KEJUJURAN (24)

Kenapa aku begitu jujur pada saat itu. Kenapa aku mau menceritakan tentang Tia pada LEN. Dulu kuanggap ini sebagai kebodohan. Dulu pernah LEN menemukanku sedang bersama Mery. Tak cukupkah hanya itu saja yang kuceritakan padanya. Mengapa harus cerita tentang Tia, cerita tentang berapa lama berhubungan cinta tentang Tia. Nampaknya aku sok punya pacar pada hari hari sebelumnya. Sok merasa don juan dan don quichotte. Bahkan kukatakan sok jujur. Tapi rupanya inilah yang akan terjadi. Orang tua Tia datang ingin memecah belah aku dan LEN. Rupanya itulah sebabnya aku harus bersikap jujur pada waktu itu. Sehingga alangkah mudahnya saya menepis semua prasangka LEN terhadapku karena kejujuranku sebelumnya. Tapi bagaimana dengan orang tuanya. Mereka semua sudah tahu tentang pengaduan ibu Tia. Bagi LEN mungkin mudah untuk meyakinkannya. Sebab ia telah mengerti betapa aku mencintainya dan juga betapa aku menghormati dan menyayanginya. Tapi bagi orang tua LEN. Apakah ini sesuatu yang mudah. Apakah orang tuanya akan yakin dengan omonganku? Tak mungkin semudah itu. Sungguh ini sesuatu yang amat rumit untuk dilaksanakan. Tapi aku mesti melamarnya hari ini juga. Seperti janjiku pada kekasihku. Seperti ucapanku pada LEN beberapa hari yang lalu.
Lalu setelah LEN bisa kuyakinkan sebab ia telah melihat kejujuran dan kesungguhanku. Lalu kutanyakan pada LEN, Bagaimana kalau sekiranya orang tuamu tidak mengizinkan kita untuk menikah. Pertanyaan ini dua kali aku tanyakan padanya. Ia tak mampu menjawabnya. Tapi aku melihat betapa tidak sukanya ia kalau harus berpisah denganku. Lalu kutanyakan sekali lagi. Kalau orang tuamu tidak mengizinkan kita untuk menikah, bersediakah kau kawin lari denganku? Inilah pertanyaan penentu di dalam perjalanan kami. Lalu LENpun menjawab dengan jawaban pasti, 'Saya bersedia'.
Hatiku lega mendengarkannya. meski aku sendiri tahu bahwa perjalanan kami ini masih merupakan awal dari perjuangan kami untuk menempuh liku liku rumah bahagia yang kami dambakan. Tapi aku akan perjuangkan apapun yang akan terjadi. Aku telah tercebur ke dunia cinta kami. Aku tak dapat keluar lagi. Meski ada fitnah yang akan menghancurkan cinta kami, aku akan berusaha menghadapinya. Aku tidak akan melepaskan LEN bagaimanapun juga. Sebab aku merasa ada di pihak yang benar. Dan aku tahu bahwa aku dan LEN telah sama sama mencintai.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci

KULIHAT KERAGUAN DI HATINYA (23)

Rambutmu cantik. Aku suka model rambut seperti ini. Ini yang kuucapkan pada pacarku LEN hari ini. Aku melihat senyum di wajahnya. Senyum bangga seorang perempuan karena ia telah bisa memberikan sesuatu yang diinginkan seorang dambaan hatinya. Tapi senyum itu hanya sebentar saja. Senyumnya seketika pudar berganti wajah dengan rona keraguan yang sangat. Aku jadi terheran. Tapi tak segera kutanya penyebabnya sebab teman LEN sedang bersama kami. Yaitu temannya bernama Irma yang selalu siap membantu menyuburkan bunga cintaku bersama LEN. Tapi setelah aku hanya bersama LEN berdua, dia sendirilah yang mulai menerangkan semua. Dia mengatakan bahwa orang tuanya telah berada di rumahnya. Dan saudara ibunya yang tinggal sekota denganku datang menceritakan satu cerita yang amat pedih dan yang cerita yang sepertinya akan mengganggu hubungan cinta kami. LEN menyampaikan cerita seorang ibu ibu yang datang mengadu dan menangis ke rumah saudara ibunya. Katanya ibu ibu ini mengatakan bahwa saya punya hubungan cinta dengan putrinya. Katanya saya sudah melamar putrinya. Katanya mahar perkawinan kami sudah dibicarakan. Tapi ketika mereka tahu bahwa saya akan menikah dengan LEN, itu makanya ia datang dan memohon agar keluarga LEN diberitahu tentang hal ini. Sekarang kabar itu sudah sampai ke dalam keluarga LEN. Orang tua LEN juga sudah tahu. Dan ini sudah menjadi masalah besar dalam rumah tangga LEN. Ini yang membuat LEN tidak segembira biasanya. Tapi aku tetap tahu bahwa ia merindukanku. Tapi bagaimana mungkin aku melamar LEN pada orang tuanya kalau aku sendiri sudah dinilai seorang pembohong besar. Tapi aku masih punya senjata. Aku masih sangat percaya bahwa LEN tetap mempercayaiku. Tapi karena aku melihat ada rasa sedih dan rasa curiga tergambar di wajahnya, saya lalu menjawab. Saya tidak pernah mendustaimu. Saya sudah mengatakan semua dengan sejujurnya. Perempuan yang kau ceritakan mungkin ibu Tia. Aku sudah menceritakan tentang Tia padamu. Aku tidak pernah berniat membohongimu. Aku datang dengan cinta. Aku datang dengan kasih suci. Aku tidak akan kembali padanya. Tidak bagaimanpun juga. Aku hanya hanya mencintaimu seorang. Soal ibu Tia, mungkin datang hanya karena rasa benci dan ingin menghancurkan cinta kita. Itu yang kukatakan pada LEN.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Wednesday, July 15, 2009

BERLIAN INDAH PERTANDA CINTA (22)

Setelah LEN mengakui telah bersedia untuk hidup bersama denganku, mulailah pembicaraan kami terfokus untuk memberitahukannya pada orang tua. Dia telah kusuruh untuk memberitahukan pada orang tuanya tentang hubungan kami. Dan telah kusuruh untuk memberi tahu pada orang tuanya bahwa kami akan menikah. Memang begitulah adat yang berlaku di daerahku. Dan itu jugalah adat yang kami pakai di keluarga kami, walau kami sendiri kurang mengerti adat setempat, sebab kami memang keluarga pendatang ke daerah ini. Saya lahir dan besar di daerah Sumatera Utara. Saya mulai bergaul di daerah itu juga. Kamipun terbiasa membawakan adat setempat, walau terkadang terasa janggal di depan orang lain, karena kami memang suku pendatang. Tapi walaupun kami merupakan suku pendatang dan juga suku campuran, tapi ayah dan nenek nenekku sudah terbiasa dengan adat dan budaya setempat. Jadi kamipun berencana untuk melangkah melalui jalan adat. Memang itu yang LEN mau, dan itu juga memang yang dianggap yang terbaik. Lalu sayapun mulai menggambarkan bagaimana sekiranya saya langsung melamarnya pada orang tuanya. LEN setuju saja. Tapi ia mengatakan bahwa orang tuanya sedang di luar kota. Jadi kami harus menunggu agar orang tuanya kembali, barulah aku nanti bisa melamar LEN pada orang tuanya.
Ketika dipertemuan kami ini, aku masih sempat membelikan perhiasan permata padanya. Menurut ukuran kemampuanku, itu kuanggap sebagai sesuatu yang mahal harganya. Tapi saya merasa ikhlas saja, sebab aku sudah merasa bahwa ia adalah istriku. Apa yang aku punya, kuanggap dia punya. LEN adalah milikku, dan aku adalah miliknya. Begitulah perasaanku saat itu. Tapi untuk memiliki secara sah menurut hukum Tuhan, tentu kami harus melalui ritual pernikahan agama dulu.
Di saat itu, ia akan kembali ke rumahnya. Ia akan kembali dengan perhiasan permata yang kuberikan. Entah ia pergi dengan memakai hiasan berlian yang kuberikan. Entah itu akan tetap ia pakai sampai ke rumahnya atau juga dibuka ditengah jalan, sayapun tak tahu. Kalau sekiranya tetap ia pakai, tentu ibunya akan bertanya. Tentu ibunya akan heran bahwa perhiasannya telah berganti. Siapa yang menukarnya? Tentu ibunya akan bertanya. Tapi aku sendiri tak tahu apakah ia tetap memakai perhiasan yang kuberikan, bukan perhiasannya sebelumnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

DAUN DAUN YANG BERGUGURAN (21)

Setelah kepastian cinta LEN telah kudapatkan. Setelah api cinta berbau pernikahan telah kami nyalakan bersama kekasihku LEN. Akupun sudah berniat mengakhiri hubunganku dengan Enny. Aku akan menemuinya untuk terakhir kalinya. Sebab tak ada gunanya lagi hubungan kami dilanjutkan. Itu sudah pasti akan membuat redup api cinta perkawinanku dengan LEN. Lalu kutemui Enny seperti malam malam sebelumnya. Kasihan perempuan itu, ternyata pacarnya adalah seorang pengkhianat. Aku sendiri benci melihat laki laki seperti aku. Tapi apa daya. Memang sudah suratan aku tidak menyukainya lagi. Terpaksa aku harus berterus terang untuk membubarkan hubungan kami. Meski terasa sakit di hatinya, bahkan akan lebih sakit kalau dibiarkan hubungan kami terus berlanjut. Dia masih muda. Dia masih banyak waktu. Dia lebih baik mencari yang lain. Tak usah lagi untuk mengharapkanku.
sesampai di depannya, ternyata apa yang kurencanakan tak dapat kulakukan. Apa yang akan kukatan, tak dapat kuucapkan. Ia terlalu baik. Wajahnya terlalu yakin padaku. Bukan karena aku mencintainya makanya aku tak berani. Tapi karena ia tak punya salah dan karena terlalu polos untuk ditipu. Begitu akhirnya hingga malam telah memaksaku untuk pulang. Saya akhirnya meninggalkannya tanpa bisa menyelesaikan hubungan kami. Aku sedih mengapa aku tidak mampu. Padahal aku tidak ingin bila LEN akhirnya akan merasa sakit hati. Aku mencintai LEN sepenuh rasa. Aku tidak ingin banyak masalah dengannya. Bagiku LEN sudah cukup. Aku tak ingin membagi cinta dengan siapapun lagi. Aku ingin menjadi milik LEN sepenuhnya. Lalu pada keesokan harinya, temanku Marwan kusuruh untuk menceritakan permasalahanku. Mulanya ia tak mau. Tapi karena desakanku yang tak dapat ia tahan, akhirnya ia bersedia walau hanya berbuat sebagai pengantar surat merah pada Enny. Pertemuan semalam adalah pertemuan terakhirku dengan Enny bertatapan muka. Keretakan hubungan kami merupakan titik awal aku bisa menyerahkan cinta suciku pada LEN. Tak ada lagi bunga yang lain kecuali melati milik LEN. Tak ada lagi bukit cinta yang subur. Semua dedaunannya sudah berguguran, kecuali bunga dedaunan di bukit berbunga tempat aku dan LEN menjalin kasih.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

KUUCAP UNTUKNYA I LOVE YOU, HONEY (20)

Di puncak bukit berbunga yang indah menawan itu, akhirnya kuterima juga jawaban kekasihku LEN. Ia telah mengakui bahwa ia telah bersedia menjadi istriku. Kalimat itu terucap dari bibirnya yang sangat manis. Kusadari pada saat itu bahwa aku telah menawarkan hidupku pada seorang gadis. Menawarkan masa depanku padanya. Menawarkan segala galanya padanya. Dan ia telah menerimanya dengan tulus. Ia telah rela untuk menjadi pendampingku. Ia telah bersedia menyerahkan hidup dan masa depannya padaku. Menyerahkan kendali dan haluan hidupnya di tanganku. Kukecup bibirnya dengan mesra. Kukatakan padanya I LOVE YOU, HONEY. Ia tersenyum dalam dekapanku. Cinta yang tulis suci telah kuterima di samping bunga bunga indah itu. Bunga yang penuh warna itulah sebagai saksi pengakuan cinta kami. Semoga tak ada lagi yang akan mampu memisahkan cinta kami. Tak ada lagi perpisahan di antara kami sampai akhir dunia. Mentari perlahan lahan bergeser ke arah barat. Bergeser pasti untuk mengganti siang menjadi malam. Malam yang tidak pernah rancu dan kelam lagi. Malam yang akan terus cerah dan penuh cinta dan kebahagiaan. Itulah pengharapan setiap insan. Siang yang cerah akhirnya berlalu tanpa duka dan kekecewaan. Hari ini terjawablah sudah keanehan keanehan cinta kami. Rupanya LEN memang tercipta untukku. Dan aku sendiri diciptakan tuhan hanya untuknya. Untuk pendamping LEN dalam meniti kehidupan yang panjang ini. Meniti hidup bersama dalam suka dan duka, dalam gundah dan kebahagian. Terima kasih Tuhan. Kau telah memberikan gadis yang kudambakan menjadi milikku. Semoga cinta kami abadi untuk seumur dunia.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Tuesday, July 14, 2009

DI BUKIT BERBUNGA (19)

Kata kunci untuk mengajaknya sehidup semati akhirnya kuucapkan pada kekasihku LEN. Kuucapkan ketika ia rebah di dadaku. Matanya memandang bunga bunga yang tumbuh subur di sekitar kami. Tumbuh mekar di bukit berbunga tempat kami sering memadu kasih. Bukit bercinta yang amat indah dan amat bersahabat. Matahari seakan tersenyum melihat kemesraan kami. Bunga bunga nampak mekar seakan telah menyetujui agar kami sebaiknya melangkah ke mahligai pernikahan yang suci. Kukatakan apa yang sebenarnya ada di hatiku. Kukatakan aku ingin agar dialah nanti yang akan melahirkan anak anakku. Dia yang akan menyusui dan merawat anak anakku dengan penuh cinta dan penuh kasih. Iapun mendengarkan semuanya dengan rasa bahagia yang amat sangat. Tapi ia akhirnya hanya menjawab agar ia diberi waktu tiga hari untuk berpikir. Saya tidak terkejut mendengarnya meski ia mengatakan untuk berpikir. Sebab saya telah lama melihat cinta di matanya. Tapi aku tidak mau sabar menunggu jawaban sebegitu lama. Aku mendesaknya sehingga ia minta waktu dua hari. Kuakui bahwa akupun tahu bahwa iapun tak akan mampu untuk berpisah denganku. Kusadari bahwa ia hanya bercanda dengan jawabannya. Tapi aku terus mendesaknya hingga ia mengatakan minta satu hari dam akhirnya ia minta waktu hingga mentari tenggelam di ufuk timur pada sore harinya. Saya tidak mau mendesaknya lagi untuk menjawab pertanyaanku seketika itu juga. Mungkin karena aku sangat menyayanginya. Aku ingin ia seperti gadis lain yang dilamar lelaku dan butuh waktu untuk berpikir. Kuberi ia waktu hingga mentari tenggelam di balik bukit. Meski aku sudah tahu dengan pasti ia sangat sayang dan mencintaiku. Kubiarkan waktu itu berlalu penuh bunga mekar. Kubiarkan jarum jam berjalan terus menyaksikan keindahan cinta kami. Cinta yang kuharapkan akan abadi untuk selama lamanya.
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

SAAT TERINDAH BERSAMA KEKASIHKU (18)

Tidak ada yang tahu di dalam rumahku bahwa saya akan menemui LEN hari ini. Dan juga tidak ada yang tahu bahwa saya sudah menjalin cinta dengan LEN. Memang saya kurang terbuka dengan masalah masalah seperti ini. Ketika hari ini kami keluar dari rumah Irma. Saya sempat melihat Irma tersenyum sambil merahasiakan sesuatu di matanya. Keperhatikan mata Irma sejeli mungkin. Rupanya ia sedang merahasiakan seorang laki laki yang sedang melintas dari hadapanku dan LEN. Rupanya laki laki itulah yang membuat Irma seperti main mata dan merahasiakan sesuatu. Kutanyakan pada LEN siapa laki laki itu. LEN menerangkan bahwa laki laki itu seorang yang mencoba untuk dekat dengan LEN. Aku tak menjawab lagi. Aku hanya bergumam dalam hati. Dalam hidup memang ada kalah dan menang. Itu biasa, bisikku dalam hati.
ketika sudah bersama LEN, terasalah kerinduanku mulai terobati. Tak dapat kugambarkan betapa bahagianya perasaanku. Kami bersama berdua di hari itu. Mungkin itulah hari paling bahagia di sepanjang hidupku. Memang LEN lah orang yang paling aku sukai sejak aku mengenal perempuan. Tentu saja aku merasa sangat bahagia. Memadu cinta dengan kekasih dambaan. Pagi tadi masih sempat temanku Ilham mengajakku agar sama sama menemui LEN ketika hendak menuju ke Kota LEN. Tapi saya tidak mau. Aku yakin bahwa dia menyodorkan dirinya untuk ikut, hanya karena ingin membantu kalau LEN tidak menerima permintaanku untuk menikah. Dia mungkin akan berusaha meyakinkan LEN. Sebab tujuanku hari ini karena ingin mengajak LEN untuk menikah. Tapi saya tidak memperbolehkan Ilham untuk ikut. Saya sudah mendapatkan cinta LEN walau tak pernah kuceritakan pada Ilham. Lagi pula saya takut kalau ia hanya akan mengganggu suasana kami saja. Kami memang sama sama berangkat dari kota kami menuju kota LEN. Tapi kami berpisah begitu sampai. Saya pergi ke rumah Irma untuk bertemu LEN. Dan Ilham juga pergi ke kost pacarnya yang kebetulan tinggal di kota yang sama. Sekarang mungkin ia sudah sedang bersama pacarnya, dan saya bersama LEN, di satu tempat yang lebih sering kami kunjungi. Bermaksud hari inilah aku dan LEN akan membahas bagaimana kelanjutan cinta kami selanjutnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

DIA TAHU, TAK TAPI TAK MENGERTI SEJAUH MANA (17)

Ketika akan pulang bersama temanku Marwan. Saya terus berpikir tentang kerinduanku pada LEN yang tidak bisa kukontrol lagi. Kapan aku akan pergi menemui LEN? Besok? Maukah LEN menjadi istriku? Maukah ia bersatu denganku dalam mengarungi kehidupan ini? Bagaimana kalau ia tidak mau? Bagaimana kalau ia hanya mau berpacaran seperti selama ini? Banyak pertanyaan berputar putar di benakku dan tak satupun yang sempat kusampaikan pada temanku Marwan malam ini. Lalu ketika kami berjumpa dengan temanku yang lain, Ilham, saya terus mengajaknya bicara. Kuceritakan padanya bahwa saya akan menikah. Ia nampak sangat tersentak mendengarnya. Lalu ia memperhatikan wajahku dengan sangat seksama. Ilham tahu dari mana saya malam ini. Dia tahu siapa yang menjadi teman wanitaku belakangan ini. Lalu ia menanyakan apakah saya akan menikah dengan Enny. Lalu kujawab dengan tidak. Kuterangkan bahwa aku akan menanya LEN dan akan menikahinya kalau ia bersedia. Ilham terdiam mendengarnya. Ia menatap wajahku. Tak tahu apa yang ia pikirkan. Lalu setelah berpikir sesaat, ia terus menuduh aku telah gila. Saya tidak menjawab, tidak tersinggung dan juga tidak marah. Sebab ia tak tahu bahwa aku sudah menjalin hubungan cinta dengan LEN akhir akhir ini. Mungkin ia menganggap saya gila karena belum mengenal LEN lebih dalam lalu sudah minta untuk menikah. Entah itu yang ia pikirkan atau juga yang lain. Saya kurang suka untuk mengetahui alasannyanya. Sebagai seorang teman saya memberi tahu. Kurasa saya sudah menghargai. Lagi pula dia tahu dari sejak mula pertama bersua dengan LEN, aku sedah pernah memberi tahunya bahwa aku sangat suka pada LEN. Sebagai seorang sahabat ia juga sudah pernah membantuku untuk mempertemukan aku dengan LEN. Ia sudah pernah membantu. Mungkin hanya karena tak paham sudah sejauh mana hubunganku dengan LEN. Itu mungkin ya Yang membuatnya heran sehingga ia menuduhku gila. Kuakui ia memang tidak banyak tahu. Ia lebih tahu mengenai hubunganku dengan Enny daripada LEN. Memang masalah LEN sengaja tidak kuceritakan padanya. Sebab ia sering berlaku tidak sopan. Saya takut kalau ia akan membuat masalah nantinya. Tapi yang jelas ia tahu aku menyukai LEN. Dan ia pernah membantuku untuk mempertemukanku dengan LEN pada beberapa bulan lalu.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

DALAM KERANCUAN MALAM (16)

Ketika di satu malam saya pergi ke rumah seorang teman wanitaku bernama Enny, disinipun saya sudah merasa semakin tidak bisa melupakan LEN. Kuhabiskan waktu yang ada walau tidak lagi menyenangkan. Enny sudah lama menjadi teman wanitaku. Lebih dari setahun kami lebih dahulu berhubungan cinta, baru aku mengenal LEN. Gadis lugu yang tidak pernah punya salah padaku. Gadis polos yang saat itu masih duduk di kelas 3 sma. Saat ini ia bersamaku. Di saat berduaan dengannya, disinilah kerinduanku memuncak pada LEN. Aku tidak bisa melupakan LEN. Aku selalu mengingatnya walaupun saya sedang bersama wanita lain. Kenapa jadi begini? Saat duduk berdua dengan Enny, saat bersama dengan Enny di indahnya malam, aku meronta dan langsung berdiri. Aku hanya berbisik dalam hati kecilku, "aku akan mengajak LEN untuk menikah. Aku tidak bisa menahankan kerinduanku padanya". Ini yang kupikirkan. LEN yang terbayang dimataku walau mataku sedang menatap wajahn Enny. Aku hanya berpikir bahwa aku mesti mengajak LEN untuk berumah tangga. Ia akan kuajak untuk hidup bersama denganku. Agar ia selalu bersamaku. Agar ia selalu disisiku. Aku benar benar tidak mampu untuk menanggung kerinduanku padanya.
Meski terasa sumbang nada pertemuan saya dengan Enny, tapi saya melihat bahwa ia tak tahu apa apa. Dia merasa biasa biasa saja. Dia tak menyadari bahwa laki laki yang bersamanya malam ini adalah seorang pengkhianat. Itu kuakui. Tapi aku tidak mampu untuk mengelak dari kenyataan yang kualami. Aku tidak bisa melupakan LEN. Aku menjadi tidak menyukai gadis manapun lagi. Termasuk Enny, gadis muda yang sedang bersamaku. Di ujung pertemuan kami malam itu, aku hanya membayangkan padanya. Bagaimana kalau seorang yang kamu cintai dan yang kamu percayai pergi dengan gadis lain? Apa tindakanmu? Ia lalu memjawab. Apakah kamu bermaksud untuk melakukan pengkhianatan? Ia nampak panik sehingga saya jawab tidak. Dari sini, kelihatanlah bahwa ia akan menerima kekecewaan yang parah, karena aku sudah punya keputusan bahwa aku akan mengajak LEN untuk menikah. Tak perduli dengan perempuan ini. Bisikku dalam hati. Begitulah rancunya pertemuan itu. Lalu ketika temanku Marwan datang, sayapun pamit pada Enny. Saya langsung pulang ke rumah bersama Marwan.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

PHOTO SANG KEKASIH (15)

Hubunganku dengan LEN belum termasuk lama. Mungkin hanya sekitar dua bulan. Tapi cintanya telah merubahku 180 derajat. Saya mulai tidak suka keluyuran lagi. Saya lebih suka menghibur diriku dengan pergi bertanding catur, menontm tv, ngobrol bersama teman, atau apa saja asal jangan urusan perempuan selain LEN. Rasa rindu ingin selalu bersamanya semakin memuncak. Sampai sampai aku tidak mau lagi memajang photonya di dinding kamarku. Mulanya kupajang di kamarku. Kupandang disaat aku ingin menikmati wajahnya. Rambut sampai sebahu, bibir memerah dengan lipstik yang ia pakai. Gaun berwarna biru bercampur putih. Menawan sekali. Sering aku memandangi wajahnya disaat aku mau tidur. Tidak pernah saya menyimpan photo perempuan sebelumnya. Tidak pernah seumur hidupku. Tapi untuk LEN, saya benar benar terlena. Dengan kelembutannya, dengan pengertiannya, dan juga dengan kecocokanku mengobrol bersamanya. Lalu karena rasa selalu ingin di dekatnya, karena selalu ingin melihat photo wajahnya di dinding kamarku, akhirnya aku menyimpannya. Kuambil dari dinding dan kusimpan di antara buku buku milikku agar aku tidak melihatnya setiap saat. Kuakui aku sangat mencintainya. Bahkan terlalu merindukannya. Karena itu aku menyimpan photonya. Itu hanya membuatku semakin rindu. Aku ingin selalu dekat dengannya. Aku ingin mendekapnya penuh cinta. Aku tidak mampu hanya berteman dengan selembar photo. Karena itu saya sering menemuinya bila rindu sudah tak tertahankan. Hari hariku mulai terasa tak ada arti tanpa bersamanya. Malam malamku terasa sangat sepi bila tidak besama LEN. Sungguh aku sudah benar benar terjerat dalam cintanya yang begitu memberi arti buat kehidupanku. Kusimpan photonya. Kubiarkan aku tertidur saat mencoba jangan terlalu mengingatnya. Mengingat cinta gadis yang sangat aku rindu dan yang sangat kuharapkan.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Monday, July 13, 2009

KELUARGANYA DAN KELUARGANYA (14)

Ketika di satu pertemuanku dengan LEN. Nampaklah hububungan kami semakin aneh. Ia mengajakku untuk pergi ke rumah saudara orang tuanya. Entah kenapa ia ingin memperkenalkan aku dengan saudara ibunya. Saya sendiripun heran kenapa saya mau diperkenalkan pada familinya. Padahal saya pada waktu itu belum ada rencana menikah dengannya. Tentu saja saya heran kenapa saya mau. Dan yang lebih mengherankanku, aku juga mengajaknya ke rumah kakakku yang berdomisili di kotanya. Saya tidak pernah melakukan ini pada siapapun. Saya tidak pernah membawa pacarku ke rumahku atau juga ke rumah familiku. Ini juga membuatku heran.
Ketika di rumah family LEN, kami hanya duduk duduk di ruang tamu. Bercengkerama apa adanya. Sehingga familinyapun akhirnya mulai mengenaliku. Kalau di rumah kakakku, kami tidak menemui siapa siapa. Entah kenapa rumahnya kosong dan tak terkunci. Mulai dari pagar pekarangan, hingga pintu depan rumahnya. Semuanya dalam keadaan terbuka. Kakakku punya anak dua laki laki dan dua perempuan. Semua anaknya juga sedang tidak di rumah itu. Mulanya saya masih mau tahu dimana mereka, tapi ketika kupanggil nama anak anak kakakku satu persatu dan tak ada yang menyahut, barulah kutahu pasti bahwa keluarga kakakku sedang tidak dirumah. Kami hanya berdua saja di rumah kakakku. Itupun tak berapa lama. Tapi kesediaanku membawa LEN ke rumah kakakku, kuanggap sesuatu yang aneh. Tapi itulah yang terjadi antara aku dan LEN.
Entah ini yang dinamakan cinta sejati. Hanya yang kuasa yang bisa menjawabnya. Dari sejak itu, saya tak mampu lagi untuk bertemu dengannya sekali dalam seminggu. Sungguh aku mulai tidak mampu. Aku selalu rindu padanya. Aku bahkan mencoba menemuinya dua kali dalam seminggu. Tapi kerinduanku untuk selalu berada di dekatnya sudah semakin parah. Terkadang saya malu kalau datang begitu sering. Saya malu kalau terlalu ser Sering datang menemuinya. Tapi saya merasa tak mampu untuk selalu tidak bersamanya. Sehingga terkadang saya datang dengan kebohongan. Tapi bukan bermaksud menipunya. Aku melakukannya karena aku ingin bertemu seorang yang kucintai dan kukasihi. Begitulah rupanya setelah bunga melati kami semakin berbunga.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

GAMBARAN TANGGA MENUJU KASIH LEN (13)

Entah kenapa orang tua Tia juga ikut ikutan dalam masalahku dengan Tia. Entah kenapa pula orang tua Tia baru hari ini datang menemuiku. Padahal sudah sekian tahun saya akrab dengan anaknya. Hari itu ia datang langsung menemuiku tanpa perantara. Dia menyuruhku datang menemui anaknya. Ia mengatakan Tia dan neneknya rindu padaku. Memang saya akrab nenek Tia. Biarpun sering kulihat ayah Tia sangat membenciku karena keakraban itu. Tapi seiring hubunganku dengan Tia retak sebelum aku mendapatkan cinta LEN, sejak itu saya tidak pernah menemuinya lagi. Tapi hari itu ibunya datang untuk mengajakku ke rumahnya. Kuajak temanku Budi ke sana untuk memenuhi panggilan itu. Keadaannya sama dengan keadaan di rumah Elisa. Bedanya, dirumah Tia, neneknya ikut ambil bagian untuk menasehatiku agar aku jangan sering merajuk. Jangan terlalu sering tak baikan dengan cucunya. Aku hanya mengiakan saja pada nenek Tia. Meski pada saat itu aku hanya teringat pada kekasihku LEN.
saat itu aku hanya berbincang sedikit dengan Tia. Kukatakan bahwa aku tidak punya pacar. Tapi aku tidak akan kembali lagi padanya. Aku takut memberi tahunya tentang LEN. Sebab itu aku terpaksa berdusta. Aku menegaskan kalimat yang pernah dilontarkannya padaku. Kumohon kamu jangan lagi pernah datang menemuiku. Kumohon kamu jangan lagi datang kesini untuk selama lamanya. Itu kalimat terakhir yang ia lontarkan padaku. Ini yang kukatakan balik padanya. Lalu kuperjelas bahwa aku datang hanya karena menghargai ibunya. Kulihat ia menangis pada pertemuan itu. Tapi aku juga sempat sempoyongan karena ucapan pedasnya beberapa bulan lalu. Aku hanya mengatakan, marilah berusaha untuk saling melupakan. Kita tidak akan bahagia nantinya. Kita akan terus terusan bertengkar. Itu yang kukatakan terakhir kali padanya. Ketika temanku Budi datang menjemputku dua jam kemudian, kujabat tangannya untuk saling bermaaf maafan. Itulah terakhir kalinya aku melihatnya. Kusalam neneknya. Neneknya mengelus pundakku. Dia nampak tak tahu apa apa. Itulah terakhir kalinya aku kerumah Tia.
Kutuliskan semua ini bukan karena aku rindu padanya. Tapi karena ingin menceritakan secara lengkap langkah langkah percintaanku dengan LEN kekasihku
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

MULAILAH BERGUGURAN BUNGA BUNGAKU YANG LAIN (12)

Ketika saya asyik bermain catur dengan seorang temanku, tiba tiba Ilham datang menemuiku. Dia mengatakan bahwa ia bertemu ibu Elisa. Katanya ibu Elisa heran kenapa sudah lebih dua minggu saya tidak menemui anaknya. Ilham lalu menceritakan bahwa saya tidak datang karena memang saya sedang membenci Elisa. Ilham memang sangat berani berterus terang. Ia mengatakan to the point tentang kebohongan Elisa terhadapku. Itu yang menyebabkan saya tidak lagi kesana. Lalu karena itu ibu Elisa memohon pada Ilham agar saya disuruh datang ke rumahnya. Kata ibunya semua permasalahan kami adalah misunderstanding.Itulah pengakuan ibu Elisa. Lalu mendengar hal ini, saya jadi terbengong. Sehabis main catur, saya langsung mengajaknya ke rumah Elisa. Saya pikir, tidak ada yang misunderstanding. Elisa juga mengakui kebohongannya padaku tempo hari. Lalu sejak itu, saya hanya bersikap dingin padanya. Saya memang masih mau menemuinya. Tapi bukan karena saya menyukainya Pada saat setelah kebohongannya, sayapun hanya datang dengan kebohongan cinta. Saya tidak pernah suka padanya lagi. Apalagi setelah kehadiran LEN dihatiku. Saya datang pada Elisa hanya buat pengisi waktu luang. Bahkan pernah dengan jujur kukatakan padanya bahwa aku punya kekasih bernama LEN. Tapi malam ini, saya datang hanya ingin memperjelas semua ini. Ayah dan ibunya sangat baik selama ini. Saya kasihan melihat mereka. Sesampainya di rumahnya, saya langsung disambut ayah dan ibunya. Mereka mungkin berharap agar saya baikan dengan Elisa. Tapi sayang, aku datang hanya berharap agar Elisa mengakui segalanya pada orang tuanya. Elisa terdiam bersedih seperti patung. Orang tuanya memang membiarkan kami duduk di pekarangan rumahnya. Disinilah Elisa kunasehati agar tidak memfitnah saya. Sayapun terpaksa berterus terang. Saya merasa tidak ingin menghianati LEN. Saya lebih memilih gadis seperti LEN. Mungkin LEN akan membenciku bila tahu hal ini pada saat itu. Tapi saya tidak menceritakannya. Dan sayapun akan melakukan segalanya demi dia. Saya merasa terpaksa merahasiakan semua ini. Saya tidak ingin dituduh LEN sebagai laki laki mata keranjang. Sebab itu saya tidak menceritakan tentang Elisa padanya. Dengan adanya bunga cinta LEN di hatiku, saya mulai tidak menyukai gadis manapun lagi. Saya hanya mencintai LEN seorang. Itulah yang menyebabkan saya mengakhiri hubungan dengan Elisa.

By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Sunday, July 12, 2009

KEPERCAYAAN (11)

Dari dulu saya sangat ingin membeli sebuah mobil. Pada saat itu, tiba pulalah saatnya saya akan membelinya. Itupun harus dengan menjual motorku dan kutambah lagi dengan uang simpananku. Kebetulan pula tempat pembeliannya di kota tempat kediaman pacarku. Memang semua itu tak kusengaja harus membeli di kotanya. Semuanya terjadi hanya karena kakakku tinggal disana, dan saya merasa dia lebih pandai daripada saya untuk memilih mana mobil yang paling bagus dan paling cocok dengan keadaan uangku. Kebetulan suami kakakku seorang pedagang mobil, jadi itu makanya saya memilih untuk membelinya saja di kotanya. saya tidak bermaksud untuk menunjukkan apa yang aku miliki padanya. Untuk apa. Toh ia sudah mengakui cintanya padaku ketika ia terlena dalam pelukanku. Ia sudah menjadi milikku walaupun belum ada ikatan seperti yang diperintahkan yang kuasa untuk melaksanakan pernikahan. Bahkan yang membuat saya bingung kalau kupikirkan saat ini, kenapa saya begitu percaya padanya. Sebelum terjadinya transaksi jual beli mobil yang kurencanakan, saya bahkan menitipkan uang pembeli mobil itu padanya. Saya bukanlah seorang yang mudah percaya pada orang lain, tapi itulah yang terjadi hari ini. Entah itu karena rasa cinta yang sangat dalam, atau juga karena dialah yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi milikku selama lamanya. Saya bukan tak pernah merugi karena seorang perempuan sebelumnya. Pernah cincin emas pemberian kakak saya pernah dipinjam Tia untuk mencoba memakai. Tapi justru ia tak mau mengembalikannya lagi. Ia berjanji akan mau memulangkannya kalau saya menikahinya. Tapi percintaanku padanya tidak berlangsung mulus. Akhirnya ia tidak mengembalikan cincin itu hingga hari ini. Tapi bagi LEN, saya mempercayainya sepenuhnya. Saya tak punya keraguan sedikitpun padanya. Semuanya terjadi dengan sesuka Penguasa Jagat Raya. Saya telah datang padanya. Saya telah hadir di lubuk hatinya yang paling dalam. Yaitu seorang yang diciptakan Tuhan untuk mencintai dan mempercayainya sepenuh rasa.
Hari itu berlalu begitu saja. Semua urusanku tentang rencana membeli mobil, rangkum sudah di sore harinya. Rencana membeli mobil ini kutuliskan untuk menggambarkan bagaimana rasa percayaku padanya. Itulah sekilas kisah cintaku dengan LEN kekasihku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

MENGAPA AKU BEGITU JUJUR (10)

Dengan kehadiran LEN di hatiku. Sungguh telah membuat hidupku berubah. Selama ini aku benar benar tidak jujur pada perempuan. Sebab saya merasa, memelihara kejujuran hanya akan membuat sakit hati dalam percintaan. Tapi lain halnya dengan LEN. Saya seperti merasa terpaksa untuk mulai merubah diri. Saya selalu mencoba untuk lebig jujur, kecuali sesuatu masalah yang akan membuatnya cemburu dan akan berpaling dariku. Saya seperti merasa penting untuk menceritakan masa laluku dengan seorang perempuan yang pernah menjalin cinta denganku. Kukatakan bagaimana kami mulai bercinta dan kuceritakan bagaimana semuanya bisa berakhir. Entah untuk apa kuceritakan semua itu. Tapi saya tidak menceritakan pacarku yang masih ada hubungan denganku seperti Elisa dan Enny. Kalau soal mery sudah diketahui LEN. Ia sudah melihat sendiri bahwa aku tidak menyukai Mery. Ia sudah melihat sendiri bahwa saya telah membuktikan dirinyalah yang kuharapkan. Tanpa ada perbandingan, dialah yang kucinta. Saya tidak bilang saya lebih mencitai LEN dari pada Mery. Tapi saya tidak mencintai Mery dan saya mencintai LEN. Itulah yang sebenarnya. Jadi sayapun tidak panjang lebar menceritakan hal ini. Saya lebih detail menceritakan seorang mantan pacar saya bernama Tia. Entah untuk apa kuceritakan. Semua kukatakan tentang Tia LEN pada satu pertemuan kami. Tak tahu apa gunanya. Mungkin Yang Maha Kuasalah yang lebih tahu kenapa saya harus menceritakan tentang Tia. Padahal Tia sudah kuhapus dari dalam hatiku yang paling dalam.
Membicarakan masalah untuk mengenal lebih jauh sudah kami mulai pada hari hari berikutnya. Sayapun ingin tahu tentang LEN lebih detail. Padahal saya tidak biasa seperti itu. Saya tidak mau tahu dengan masa lalu wanita lain. Entah kenapa saya ingin mengenal pacarku LEN sampai sejauh jauhnya. Sampai kelaki yang ia kenal sebelum kehadiranku dalam cintanya. Saya benar benar tidak mengerti. Tidak seperti Elisa dan Mery. Saya sudah tahu mereka seorang penghianat, tapi saya masih bisa menerima mereka sebagai teman wanitaku. Ini terjadi hanya karena mereka kuanggap sebagai pelipur lara. Sangat berbeda dengan LEN yang sudah kuanggap bagian dari diriku sendiri. Itu mungkin yang membuat saya harus jujur padanya. Itu pula mungkin yang membuatku harus tahu tentang dia sampai sejauh jauhnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

MENGAPA AKU SERING MEMIKIRKANNYA (9)

Tidak ada yang kurencanakan tentang siapa yang akan menjadi istriku saat ini. Tidak ada sama sekali. Termasuk mery, elisa, dan siapapun juga. Tapi sempat aku berpikir saat itu, sempat juga aku bertanya dalam hati. Bagaimana dengan LEN? Bersediakah aku menjadi suaminya? Saat itu tidak ada penolakan di dalam hatiku. Tapi juga tidak ada jawaban 'ya'. Tentu saja tidak ada jawaban. Sebab aku sendiri belum lama mengenalnya. Soal perkawinan memang soal yang mesti dipikirkan sematang matangnya. Tapi meski belum ada jawaban atas pertanyaanku sendiri, tapi aku juga sudah seakan tidak mampu bila harus dipisah dengannya. Hidupku seakan berubah. Keinginanku pada perempuan lain seakan padam. Sepertinya aku telah menemukan cinta sejati di diri LEN. Soal perkawinan, tentu saja aku tidak bisa menjawabnya. Sebab saya sendiri tidak pernah memikirkannya sampai sejauh itu. Kalau pada elisa dan mery, itu karena hubungan kami telah berlangsung lama jadi saya sudah mengerti bahwa mereka bukan tipe wanita yang kucari. Lagi pula Elisa dan Mery sudah pernah menanyakan apakah aku bersedia. Jawabku singkat saja. Soal jodoh, Tuhan yang menentukan. Kita hanya bisa berencana dan berdo'a. Marilah untuk menjaga agar kita sama sama betah. Itu yang kukatakan pada mereka. Meski aku sendiri sudah punya jawab di dalam hatiku bahwa bagaimanapun juga saya tidak bersedia hidup bersama dengan mereka. Semua kulakukan hanya demi pengisi waktuku. Saya laki laki. Tak mungkin saya bisa bahagia tanpa teman wanita. Tapi kalau mengenai LEN pada saat itu, saya hanya bisa katakan aku mencintainya. Aku menyayanginya. Apapun akan kulakukan untuknya. Mungkin tidak ada jawaban soal perkawinan karena ia tidak menanyakan hal itu, dan juga belum pernah kupikirkan. Tapi yang jelas, aku tidak akan mampu berpisah dengannya. Sungguh aku tidak akan mampu. Sebab dalam keseharianku, akupun heran kenapa aku sangat sering mengingatnya. Di dalam hatiku sudah ada cinta. Meski aku sendiri belum pernah bertanya pada diriku sendiri, apakah aku bersedia hidup bersama dengannya. Tapi semakin lama kami saling mengenal, rasanya keinginanku untuk mencari pacar lain seakan sirna. Apakh karena kesamaan tabiat sehingga ia membuatku tak suka wanita lain? Untuk saat ini aku tak mampu menjawab. Sebab aku sendiri tak mengerti mengapa aku sangat sering memikirkannya. Entah itu cinta sejati?
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

TIADA YANG TAHU HARUM BUNGAKU (CHAPTER 8)

Tidak ada yang tahu sama sekali tentang hubunganku dengan LEN di Padang Sidempuan, kecuali salah satu temanku yang bekerja sebagai honorer di SMA 5 Padang Sidempuan. Yang mengetahui hubungan kami hanyalah dari pihak keluarga LEN dan beberapa temannya saja. Begitulah memang keadaanya. Tidak ada kalau dari pihak temanku. Padahal betapa bangganya aku memilikinya. Betapa senangnya hatiku memiliki pacar seperti dia. Tapi itulah yang terjadi. Lebih baik kubiarkan bungaku tumbuh di dalam hatiku. Bila rindu tak tertahankan, aku akan pergi menemuinya. Kunikmati saat saat indah bersamanya, sampai sampai tidak ada lagi perempuan yang kuinginkan kecuali dia.
Kalau pada Pullah, saya banyak bercerita, bahkan saya pernah membawa LEN ke rumahnya. Kuperkenalkan LEN pada Pullah dan keluarganya. Dan kukatakan pada Pullah bahwa saya sangat menyayangi LEN. Diapun maklum. Dia mengatakan akan bersedia membantu saya bila membutuhkannya. Saya senang punya teman seperti dia. Rela menawarkan bantuannya walaupun saya sedang tidak membutuhkannya. Dengan adanya Pullah, itupun sudah sangat membantu saya. Bila saya bersama LEN, kami bisa pergi ke rumahnya, atau juga ke tempat lain yang memungkinkan kami bisa bercanda dan bersenda gurau. Yah, seperti halnya orang orang yang bercinta lainnya. Seperti pasangan mana saja bila sedang kasmaran. Begitulah kiranya aku dan dia. Begitulah cinta kami bersemi tanpa banyak yang pernah merasakan bau harum bunga cinta kami. Tapi yang jelas aku sudah merasakan bau bunga melati kami. Yang jelas sudah mulai terasa berat rasanya untuk berpisah dengannya di setiap kami akan pulang ke rumah masing masing. Itulah yang terasa di hatiku. Entahlah kalau di dalam hati LEN. Tapi saya selalu melihat cinta di matanya. Saya mulai mengerti dengan hatinya sampai ke dalam dalamnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

BAGAI BUNGA MELATI INDAH DAN PUTIH (CHAPTER 7)

Setiap tiba hari senin, saya selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan LEN. Entah mungkin terlalu janggal ia rasa kalau aku terus menjemputnya ke rumahnya, janggal bagi orang tuanya, janggal bagi tetangganya, akhirnya LEN memperkenalkan saya pada seorang bekas tetangganya bernama Irma. Irma adalah seorang gadis yang cacat. Tak bisa berjalan tanpa memakai tongkat. LEN yang menyuruhku untuk menemui Irma bila ingin memanggilnya. Memang nampaknya ia juga malu dan juga takut kalau saya terlalu sering menjemputnya ke rumahnya. Irma kebetulan sangat baik. Memang Tuhan maha kuasa atas segalanya. Tuhanlah mungkin yang menggerakkan hati Irma agar selalu bersedia untuk memanggil LEN kapan saja saya mau. Tanpa pamrih ia lakukan semuanya. Betapa kuasanya Tuhan memuluskan rencana saya bila datang karena terdesak kerinduan. Saya terkadang merasa kasihan atas jerih payah Irma. Tapi LEN pasti lebih tahu mana yang harus kami Lakukan. Kapan saja saya datang, Irma akan pergi memanggil LEN walau dengan susah payah. Kadang saya menemui Irma dengan kenderaanku sendiri, kadang dengan kenderaan kakak perempuanku yang kebetulan ada yang berdomisili di Padang Sidempuan ini, dan kadang saya datang dengan kendaraan umum. Kapan saja saya datang, Irma akan menuruti apa yang saya suruh. Dia akan membawa LEN kehadapanku. Ia melayanh aku dan LEN sebaik baiknya. Entah kapan aku dan LEN bisa membalas kebaikan yang telah ia berikan selama ini. 15 tahun sudah saya tidak pernah bertemu Irma lagi. Entah sudah dimana ia berada saat ini. Semoga ia sehat dan baik baik saja. Dialah salah satu pahlawan di dalam percintaanku dengan kekasihku LEN. Begitulah kalau saya kebetulan ingin bertemu LEN pada waktu itu. Kadang saya langsung ke rumahnya dan kadang saya mempergunakan Irma sebagai perantara kami. Dengan kebaikan hatinya, cintaku pada LENpun semakin hari semakin mekar. Tumbuh subur ibarat bunga melati di padang rumput. Tumbuh indah, putih dan suci. Semoga cinta kami akan abadi untuk selama lamanya. Semoga tak akan ada lagi yang akan memisahkan kami dari keindahan cinta yang telah mulai kami bina bersama.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

Saturday, July 11, 2009

DIA HANYA MILIKKU SEORANG (CHAPTER 6)

Hubunganku dengan LEN semakin lama telah menjadi semakin dekat. Saya tidak pernah menceritakan hal ini pada siapapun. Termasuk pada teman akrabku yang manapun. Seperti Ilham, Marwan, Budi, Basyid dan teman yang manapun. Kecuali pada seorang temanku yang berasal dari kotaku. Seorang bernama Pullah yang bekerja sebagai honorer di sekolah SMA Padang Sidempuan. Untuk Pullah saya tidak pernah bersembunyi, sebab saya sendiri pernah membawa pacarku LEN ke rumahnya. Untuk Basyid, Marwan, Budi juga tidak pernah kuceritakan. Sebab semakin sering saya menceritakan tentang LEN, saya yakin hanya akan membuatku semakin mengingatnya. Saya bukan tidak ingin mengingatnya, saya hanya takut kalau saya semakin rindu, padahal saya hanya bisa menemui LEN sekali seminggu. Itu tidak cukup buat saya. Apalagi tanpa pernah kuceritakanpun saya dia selalu dalam khayalku.
Berlainan halnya dengan temanku Ilham. Saya tidak menceritakan percintaan saya dengan LEN padanya karena saya pernah merasa cemburu ketika terjadinya pertemuan pertama saya dengan LEN. Saat itu saya yang pertama mendekati LEN, tapi dia nampak cukup ambisi untuk berkenalan sehingg saya merasa sedikit terganggu. Mungkin Tuhan telah menciptakan LEN khusus buat saya. Bahkan saya sendiri tidak ingin melibatkannya sedikitpun dengan cinta kami. Sebab dia pernah memohon pada saya agar memberikan teman wanitaku sendiri padanya. Dia memohon agar menjemput seorang dari teman wanitaku atas namaku. Dia menipunya atas nama saya sendiri. Sayapun nampak jahat. Tapi begitulah kalau tidak ada cinta. Saya lebih mementingkan persahabatan dari pada cinta. Kejadian ini membuat saya tidak suka pada teman wanitaku yang ia tipu. Saya tidak ingin hal ini terjadi lagi. LEN tidak sama dengan teman wanitaku yang lain. Aku hanya ingin memiliki LEN seorang. Dia tidak akan kuberikan pada siapapun. Aku hanya ingin memilikinya seorang. Aku lebih mementingkan LEN dari sahabatku yang manapun. Itulah yang menyebabkan saya tidak ingin menceritakan semua ini pada temanku Ilham.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

SEMENJAK DIA ADA DI HATIKU (CHAPTER 5)

Sejak saya menjalin cinta dengan LEN, saya benar benar tidak merasa suka lagi dengan perempuan lain. Entah magnet apa yang ada di dalam diri pacarku LEN. Sebagai seorang laki laki, tentu tidak mengherankan bila kukatakan bukan hanya LEN teman wanitaku. Tapi sejak kami menjalin cinta, rasanya tidak ada cinta lagi yang bisa kuberi pada yang lain. Seperti Mery misalnya. Dia masih tetap datang walau ia telah pernah seperti terusir atas kedatangan LEN tempo hari. Dia masih mencoba mengajakku. Mencoba untuk bermanis mulut, mencoba menunjukkan betapa ia sangat menyukai aku. Tapi semua seakan tidak ada arti bagiku. Rasanya LEN telah merampas semua cinta yang aku miliki. Begitu juga kadang kadang disaat saya tidak bisa menemui LEN, saya sering pergi menemui teman wanitaku yang lain. Tapi sejak kehadiran LEN dihatiku, rasanya dunia ini mulai terasa hampa tanpa kehadirannya di sampingku, walaupun aku sedang bersama kaum hawa yang lain. Setelah terjadinya hubungan cintaku dengan LEN, wanita paling sering kutemui selain LEN adalah Elisa. Hingga pernah beberapa kali saya salah memanggilnya. Saya memanggil Elisa dengan nama LEN. Dia curiga berat. Dia menuduhku telah punya pacar lain. Tapi saya terpaksa berbohong. Saya mengelak. Kukatakan bahwa nama LEN adalah nama adekku sendiri yang sedang kuliah di Jakarta. Berbagai macam alasan kuucapkan agar aku tetap punya penghibur seperti dia. Demi agar aku tetap punya seorang pacar sebagai simpanan. Semua ini terjadi karena saya tidak selalu bisa bertemu LEN setiap hari, karena dia sendiri hanya berstatus pacar buatku pada saat itu. Meski kusadari saya rela melepaskan semua teman wanitaku demi cintaku padanya. Tapi begitulah sifat seorang laki laki. Karena yang kucinta tak bisa kutemui setiap saat, saya terpaksa meneruskan hubunganku dengan teman wanitaku yang lain tanpa sepengetahuannya. Tapi saya bukan menganggap bahwa ini sebuah kemenangan. Saya malah seperti tersiksa bila bila bersama Elisa, dan juga Mary. Sebelum saya menjalin kasih dengan LEN, saya menemui Elisa dan Mary atas dasar suka. Tapi setelah cinta LEN ada di hatiku, rasanya Elisa dan Mary hanya ibarat sebuah boneka cinta disaat aku tidak bersama yang paling kucinta.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

LAGU CINTA UNTUK MY LOVE (CHAPTER 4)

Kucoba jujur sejujurnya pada gadis yang belum lama kukenal. Kulihat cinta di matanya. Apalagi di perbuatannya. Inilah mungkin cinta yang akan membuatku takluk. Inilah mungkin yang akan membuatku larut dalam kebahagiaan dunia. Di suatu hari yang indah, di suatu hari yang mesra, terucaplah kata cinta untuknya. Walau sebelumnya tanpa pernah diucapkan bahwa kami saya dan LEN telah sama sama mencintai. Disuatu pertemuan yang dijanjikan Tuhan untuk kami, saya akhirnya mencium pipinya untuk pertama kali. Kami habiskan pertemuan bersama cinta. Pengenalan semakin lama semakin dalam. Percintaan semakin lama semakin tak teringkari. Jadilah ia milikku. Jadilah ia pengisi hatiku. Pengisi angan anganku. Pengisi khayalku di setiap saat. Kecocokan semakin lama semakin bertambah. Begitulah namanya cinta. Begitulah namanya karunia Tuhan.
Saat bersamanya memang saat saat yang menyenangkan. Entah kenapa saya selalu begitu senang bila sedang bersamanya. Entah kenapa saya begitu bahagia bila disampingnya. Jemarinya hangat. Hangat seakan membakar tubuhku bila sedang kuremas jari tangannya. Saya teringat ketika saya dan dia sedang duduk berdua. Saya teringat lagu seorang artis top pada masa itu. Artis yang mendunia bernama Michael Bolton. Kunyanyikan lagu itu untuknya.
You are the candle, love's the flame
A fire that burn through wind and rain
Shine your light on this heart of mine
Till the end of time
You cane to me like the dawn through the night Just shinin' like the sun
out of my dream and into my life
You are the one
you are the one.
Kunyanyikan lagu itu untuknya. Kunyanyikan sambil menggengam tangannya. Begitulah namanya cinta. Hubungan indah yang diberikan yang kuasa pada saya dan dia yang telah memikat hatiku. Yang sering membuatku rindu. Yang sering membuatku tak merasa senang bila tiada disisinya. Di sisi my love, my girl LEN.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you