Friday, July 24, 2009

PERJALANAN BERDURI (42)

Setelah menempuh menempuh hidup baru dengan LEN. Rupanya masa laluku masih terus saja mengganggu rumah tangga kami. Kalau yang lebih dulu Mery yang tertuduh akan mengganggu, hari berikutnya datang lagi masalah Tia. Aku sudah beristri. Aku sudah menikah dengan LEN. Mery tahu akan hal ini, begitu juga dengan Tia. Tapi mereka masih datang untuk mencoba mendapatkanku. Mencoba merenggutku dari tangan LEN. Tapi aku menolak walau untuk bertemu. Aku tidak siap lagi untuk bertemu mereka dengan alasan apapun. Tapi orang tua Tia ternyata orang yang tak mau kalah. Dia masih saja berusaha untuk menemuiku. Sampai sampai aku curiga bahwa ia telah punya maksud jahat terhadap aku dan LEN. Tapi ia sebagai orang tua, tak mungkin kuusir kalau ia datang. Entah berapa kali ia datang. Bahkan temanku Ilhampun sempat dilibatkannya pada suatu hari. Saya sendiri tak mengerti mengapa Ilham berani bermaksud untuk mempertemukan aku dengan Tia. Barangkali Ilham juga sudah bermaksud memecah hubunganku dengan LEN. Tapi aku sadar. Len adalah istriku. Len adalah orang yang direstui ayah dan ibuku sebagai istriku. Len adalah orang yang kusayangi. Jadi aku tak mau bertemu dengan Tia bagaimanapun juga. Pertemuanku dengannya sebelum aku menikahi LEN kutekadkan sebagai pertemuanku terakhir dengannya.
Dalam pada ini LEN hampir saja tersinggung. Ia malah menyuruhku untuk menemui Tia yang sudah menunggu di belakang salah satu tempat usaha kami. Tapi aku tahu ia menyuruhku karena sudah benci melihat suasana ini. Kenapa ia harus dapatkan laki laki seperti aku. Tapi aku mengerti dengan kesebalan hatinya. Aku jadi disindir istriku sendiri. Temanku Ilhampun kena marahi. Tapi aku tak menyalahkan LEN. Aku tahu ia sangat mencintaiku. Aku hanya berpikir seandainya aku tak mengenal Tia, mungkin ini tidak akan terjadi. Tapi tuhan telah menggariskan demikian. Aku hanya mengalah. Sebab aku mengerti perasaan istriku. Aku hanya memohon pada yang kuasa, semoga berakhirlah perjalanan berduri dalam rumah tanggaku. Aku ingin hidup damai tanpa diusik orang yang hanya akan menghacurkan rumah tanggaku. Aku ingin agar istriku tidak menaruh kecurigaan yang parah seperti itu padaku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment