Friday, July 17, 2009

HATI SEORANG YANG MENCINTAI (31)

Di malam ini aku sangat cepat terbangun. Mungkin karena hari ini merupakan hari yang amat menegangkan buatku. Melarikan gadis orang lain dari rumahnya. Memetik bunga melati di waktu penjaganya sedang tak siaga. Karena cinta, karena kerinduan, karena ingin hidup bersama dan karena kendala yang tak dapat dihalau. Sehingga jalan satu satunya hanya melarikannya. Itulah yang kupikirkan di malam ini. Ya, seperti kesepakatan kami semalam. Begitulah keadaanku yang sebenarnya. Bagaimana dengan kekasihku? Tentu ia akan merasa tak karuan juga. Tentu saja. Dari awal ia menyukai, bunga di hatinya mekar berbuah cinta. Tak sengaja ia merasa telah kumiliki. Tak terasa ia telah memiliki seorang pilihan untuk pendamping hidupnya. Sebagai tempatnya mengadu, sebagai tempatnya bermanja manja. Sebagai temannya dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Tapi cintanya tak direstui orang tua. Cintanya malah dihalang halangi. Ia mau di kirim ke pulau seberang untuk tidak bertemu dengan laki laki yang yang ia cintai lagi, laki laki yang ia percayai untuk menjadi nakhodanya dalam melayari hidup ini. Banyak alasan dipaparkan untuknya agar berpaling dariku. Mulai dari latar belakang keluarga, turunan adat dan budaya yang berbeda, dan macam fitnah lainnya. Tapi bagaimana mungkin ia bisa membenci laki laki yang ia cintai, laki laki yang telah ia pilih sebagai teman hidupnya. Ia telah berusaha meyakinkan
orang tuanya. Mengakui cintanya pada laki laki yang ia cintai pada orang tuanya walau dengan perasaan yang berat. Tapi hasilnya sama juga dengan apa yang kuterima ketika datang melamarnya. Semua perjuangan sudah dirasa cukup, hingga malam tadi telah ia putuskan untuk meninggalkan semuanya demi laki laki dambaannya. Ia akan bersamaku untuk selama lamanya. Walau sudah kelihatan aral melintang akan menghalangi kami. Sore nanti kami akan melangkahkan kaki untuk menerobos semua pagar penghalang itu. Tentang pikirannya, tentu ia akan susah alang kepalang. Sedih karena duri duri cinta sangat ambisi untuk menghalangi. Semoga hari indah akan menanti kami disana di hari esok. Semoga mentari pagi akan tersenyum menyambut kedatangan kami berdua.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment