Sunday, July 12, 2009

MENGAPA AKU SERING MEMIKIRKANNYA (9)

Tidak ada yang kurencanakan tentang siapa yang akan menjadi istriku saat ini. Tidak ada sama sekali. Termasuk mery, elisa, dan siapapun juga. Tapi sempat aku berpikir saat itu, sempat juga aku bertanya dalam hati. Bagaimana dengan LEN? Bersediakah aku menjadi suaminya? Saat itu tidak ada penolakan di dalam hatiku. Tapi juga tidak ada jawaban 'ya'. Tentu saja tidak ada jawaban. Sebab aku sendiri belum lama mengenalnya. Soal perkawinan memang soal yang mesti dipikirkan sematang matangnya. Tapi meski belum ada jawaban atas pertanyaanku sendiri, tapi aku juga sudah seakan tidak mampu bila harus dipisah dengannya. Hidupku seakan berubah. Keinginanku pada perempuan lain seakan padam. Sepertinya aku telah menemukan cinta sejati di diri LEN. Soal perkawinan, tentu saja aku tidak bisa menjawabnya. Sebab saya sendiri tidak pernah memikirkannya sampai sejauh itu. Kalau pada elisa dan mery, itu karena hubungan kami telah berlangsung lama jadi saya sudah mengerti bahwa mereka bukan tipe wanita yang kucari. Lagi pula Elisa dan Mery sudah pernah menanyakan apakah aku bersedia. Jawabku singkat saja. Soal jodoh, Tuhan yang menentukan. Kita hanya bisa berencana dan berdo'a. Marilah untuk menjaga agar kita sama sama betah. Itu yang kukatakan pada mereka. Meski aku sendiri sudah punya jawab di dalam hatiku bahwa bagaimanapun juga saya tidak bersedia hidup bersama dengan mereka. Semua kulakukan hanya demi pengisi waktuku. Saya laki laki. Tak mungkin saya bisa bahagia tanpa teman wanita. Tapi kalau mengenai LEN pada saat itu, saya hanya bisa katakan aku mencintainya. Aku menyayanginya. Apapun akan kulakukan untuknya. Mungkin tidak ada jawaban soal perkawinan karena ia tidak menanyakan hal itu, dan juga belum pernah kupikirkan. Tapi yang jelas, aku tidak akan mampu berpisah dengannya. Sungguh aku tidak akan mampu. Sebab dalam keseharianku, akupun heran kenapa aku sangat sering mengingatnya. Di dalam hatiku sudah ada cinta. Meski aku sendiri belum pernah bertanya pada diriku sendiri, apakah aku bersedia hidup bersama dengannya. Tapi semakin lama kami saling mengenal, rasanya keinginanku untuk mencari pacar lain seakan sirna. Apakh karena kesamaan tabiat sehingga ia membuatku tak suka wanita lain? Untuk saat ini aku tak mampu menjawab. Sebab aku sendiri tak mengerti mengapa aku sangat sering memikirkannya. Entah itu cinta sejati?
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment