Friday, July 17, 2009

TUHAN TAK MENGIZINKAN KAKI KAMI TERLUKA (32)

Ketika saya sudah bangun di pagi harinya, ibuku segera memanggilku. Ia mengatakan agar ia dan ayahku meminjam mobilkku dulu hari ini. Memang aku tahu adek sepupuku akan melaksanakan pesta perkawinannya tepat pada hari ini. Mereka mungkin lebih suka naik mobil dari pada naik kendaraan umum. Pagi ini mereka menyuruhku untuk memanggil temanku Cudin untuk mereka pakai sebagai sopir mereka di pagi ini. Tak banyak yang kami bicarakan pada pagi ini karena saya benar benar sedang memikirkan masalah besar tentang hubunganku dengan LEN. Mereka juga tak kusalahkan karena tidak menanya lebih jauh tentang rencanaku dengan kekasihku, sebab saya maklum mereka mungkin lelah dan sibuk karena rencana perkawinan saudara sepupuku. mereka pergi tanpa mengajakku, sebab sayapun memang tidak begitu suka menghadiri acara pesta perkawinan.
setelah kepergian mereka, haripun semakin terang. Saya terus pergi mandi dan segera bekerja di pagi ini. Jarum jam terus berjalan menurut rotasinya. Waktu terus bertambah cerah. Saat saat yang dinantikanpun hampir tiba. Sore nanti aku akan berjumpa dengan kasihku untuk tidak mau dipisah lagi. Lalu di saat tak lama lagi untuk berangkat ke tempat pertemuanku biasa dengan LEN, tiba tiba telephone berdering. Aku ak menebak siapa yang sedang menelepon. Benar benar tidak ada dugaan sama sekali. Setelah panggilan telephone kuterima, ternyata yang menelephone ku adalah LEN. Gadis yang akan melarikan diri denganku di sore ini. Ia mengatakan, "abng tak usah datang lagi, orang tua abang sudah datang kemari".
Kalimat ini benar benar membuatku tak mengerti. Lalu ia mengulangi perkataannya. Ia perjelas bahwa orang tuaku sudah bertemu dengan orang tuanya. Kami tak perlu kawin lari lagi. Sungguh pada awalnya saya tidak bisa memahaminya. Tapi begitu aku teringat bahwa ayahku meminjam mobilku, mereka pergi bersama Cudin yang mengetahui dimana rumah LEN berada, barulah saya mengerti bahwa ayah dan ibuku pergi menemui orang tua LEN. Sehingga dalam pembicaraan itu telah didapat hasil yang cukup membuat angin segar terhadap nasib cintaku bersama LEN. Tak lama LEN berbicara denganku. Tapi itupun sudah cukup membuatku mengerti, walau aku sendiri tak tahu kenapa semuanya terjadi tanpa sepengetahuanku. Tapi yang jelas, rupanya tuhan tak mengizinkan kaki kami untuk terluka dalam memperjuangkan cinta kasih kami.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment