Sunday, July 12, 2009

MENGAPA AKU BEGITU JUJUR (10)

Dengan kehadiran LEN di hatiku. Sungguh telah membuat hidupku berubah. Selama ini aku benar benar tidak jujur pada perempuan. Sebab saya merasa, memelihara kejujuran hanya akan membuat sakit hati dalam percintaan. Tapi lain halnya dengan LEN. Saya seperti merasa terpaksa untuk mulai merubah diri. Saya selalu mencoba untuk lebig jujur, kecuali sesuatu masalah yang akan membuatnya cemburu dan akan berpaling dariku. Saya seperti merasa penting untuk menceritakan masa laluku dengan seorang perempuan yang pernah menjalin cinta denganku. Kukatakan bagaimana kami mulai bercinta dan kuceritakan bagaimana semuanya bisa berakhir. Entah untuk apa kuceritakan semua itu. Tapi saya tidak menceritakan pacarku yang masih ada hubungan denganku seperti Elisa dan Enny. Kalau soal mery sudah diketahui LEN. Ia sudah melihat sendiri bahwa aku tidak menyukai Mery. Ia sudah melihat sendiri bahwa saya telah membuktikan dirinyalah yang kuharapkan. Tanpa ada perbandingan, dialah yang kucinta. Saya tidak bilang saya lebih mencitai LEN dari pada Mery. Tapi saya tidak mencintai Mery dan saya mencintai LEN. Itulah yang sebenarnya. Jadi sayapun tidak panjang lebar menceritakan hal ini. Saya lebih detail menceritakan seorang mantan pacar saya bernama Tia. Entah untuk apa kuceritakan. Semua kukatakan tentang Tia LEN pada satu pertemuan kami. Tak tahu apa gunanya. Mungkin Yang Maha Kuasalah yang lebih tahu kenapa saya harus menceritakan tentang Tia. Padahal Tia sudah kuhapus dari dalam hatiku yang paling dalam.
Membicarakan masalah untuk mengenal lebih jauh sudah kami mulai pada hari hari berikutnya. Sayapun ingin tahu tentang LEN lebih detail. Padahal saya tidak biasa seperti itu. Saya tidak mau tahu dengan masa lalu wanita lain. Entah kenapa saya ingin mengenal pacarku LEN sampai sejauh jauhnya. Sampai kelaki yang ia kenal sebelum kehadiranku dalam cintanya. Saya benar benar tidak mengerti. Tidak seperti Elisa dan Mery. Saya sudah tahu mereka seorang penghianat, tapi saya masih bisa menerima mereka sebagai teman wanitaku. Ini terjadi hanya karena mereka kuanggap sebagai pelipur lara. Sangat berbeda dengan LEN yang sudah kuanggap bagian dari diriku sendiri. Itu mungkin yang membuat saya harus jujur padanya. Itu pula mungkin yang membuatku harus tahu tentang dia sampai sejauh jauhnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment