Tuesday, July 14, 2009

DALAM KERANCUAN MALAM (16)

Ketika di satu malam saya pergi ke rumah seorang teman wanitaku bernama Enny, disinipun saya sudah merasa semakin tidak bisa melupakan LEN. Kuhabiskan waktu yang ada walau tidak lagi menyenangkan. Enny sudah lama menjadi teman wanitaku. Lebih dari setahun kami lebih dahulu berhubungan cinta, baru aku mengenal LEN. Gadis lugu yang tidak pernah punya salah padaku. Gadis polos yang saat itu masih duduk di kelas 3 sma. Saat ini ia bersamaku. Di saat berduaan dengannya, disinilah kerinduanku memuncak pada LEN. Aku tidak bisa melupakan LEN. Aku selalu mengingatnya walaupun saya sedang bersama wanita lain. Kenapa jadi begini? Saat duduk berdua dengan Enny, saat bersama dengan Enny di indahnya malam, aku meronta dan langsung berdiri. Aku hanya berbisik dalam hati kecilku, "aku akan mengajak LEN untuk menikah. Aku tidak bisa menahankan kerinduanku padanya". Ini yang kupikirkan. LEN yang terbayang dimataku walau mataku sedang menatap wajahn Enny. Aku hanya berpikir bahwa aku mesti mengajak LEN untuk berumah tangga. Ia akan kuajak untuk hidup bersama denganku. Agar ia selalu bersamaku. Agar ia selalu disisiku. Aku benar benar tidak mampu untuk menanggung kerinduanku padanya.
Meski terasa sumbang nada pertemuan saya dengan Enny, tapi saya melihat bahwa ia tak tahu apa apa. Dia merasa biasa biasa saja. Dia tak menyadari bahwa laki laki yang bersamanya malam ini adalah seorang pengkhianat. Itu kuakui. Tapi aku tidak mampu untuk mengelak dari kenyataan yang kualami. Aku tidak bisa melupakan LEN. Aku menjadi tidak menyukai gadis manapun lagi. Termasuk Enny, gadis muda yang sedang bersamaku. Di ujung pertemuan kami malam itu, aku hanya membayangkan padanya. Bagaimana kalau seorang yang kamu cintai dan yang kamu percayai pergi dengan gadis lain? Apa tindakanmu? Ia lalu memjawab. Apakah kamu bermaksud untuk melakukan pengkhianatan? Ia nampak panik sehingga saya jawab tidak. Dari sini, kelihatanlah bahwa ia akan menerima kekecewaan yang parah, karena aku sudah punya keputusan bahwa aku akan mengajak LEN untuk menikah. Tak perduli dengan perempuan ini. Bisikku dalam hati. Begitulah rancunya pertemuan itu. Lalu ketika temanku Marwan datang, sayapun pamit pada Enny. Saya langsung pulang ke rumah bersama Marwan.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment