Friday, July 17, 2009

KETIKA KUCERITAKAN PADA IBUKU (30)

Ada rasa bahagia di hatiku karena aku dan LEN akan pergi melarikan diri besok sore sesuai waktu yang sudah sama sama kami sepakati. Berarti ia akan bersamaku sepanjang wktu. Tapi ada juga perasaan sedih kalau kupikirkan kenapa aku hanya mampu dengan jalan melarikan kekasihku. Begitu cintanya aku padanya, tapi aku tidak bisa meyakinkan orang tuanya. Begitu tulusnya LEN mencintaiku tapi kenapa orang tuanya harus bersikeras memisahkan kami. Tak mereka pikirkankah betapa kami saling menyayangi dan saling mencintai. Cukupkah keegoisan dan rasa mau menang sendiri untuk menghalangi kami? Tidak. Apapun akan aku hadapi demi cintaku pada LEN. Bagiku keputusan untuk membawa LEN di dalam kehidupanku dalam ikatan hukum Tuhan adalah sesuatu yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Aku mencintainya dan aku akan membawanya pergi bersama.
Di dalam perjalanan menuju pulang ini, saya sempat berpikir, kenapa saya kurang terbuka pada kedua orang tuaku. Kenapa saya tidak pernah menceritakan tentang LEN pada ayah dan ibuku. Bahkan kenapa sudah pada tahap akan melarikan LENpun juga masih tak pernah kuceritakan pada mereka. Apa memang begitu juga orang lain dan orang tuanya. Atau aku yang terlalu tertutup, atau karena ayahku yang sudah sakit sakitan sehingga aku sudah terbiasa mengambil keputusan sendiri dan tak pernah berniat untuk minta bantuan orang tua. Saat ini aku seperti merasa sendiri dalam tugas yang amat bersejarah ini. Sehingga ketika aku tiba di rumah melewati midnight, ibuku menyuguhiku dengan makanan yang dari tadi ia siapkan. Di sini, terbukalah hatiku ingin menceritakan masalahku ini pada ibuku. Kukatakan semua dengan sejujurnya. Keberi tahu bahwa besok sore aku akan membawa LEN untuk kawin lari. Ibuku begitu serius mendengarnya. Tapi sebagai seorang ibu yang tak biasa mengambil keputusan penting semacam ini, ia hanya diam tanpa nasehat maupun pendapat. Dengan selesainya aku menyantap makanan malamku, ibukupun hanya bertanya, siapa di antara temanmu yang mengenal rumah LEN? Akupun memberitahu bahwa Cudin pernah kubawa ke rumah LEN. Sesudahnya akupun terus pergi menuju kamar tidurku. Ibuku masih berada di ruang makan saat aku selesai mengisi perut. Tak tahu lagi bagaimana perasaan ibuku saat itu. Tiba di kamar, akupun terus merebahkan tubuhku karena lelah. Dengan hati yang terus terasa harum karena bunga melati LEN di hatiku. Akupun tertidur pulas di tidur malamku.
By:
40 Hari Di Tanah Suci

No comments:

Post a Comment