Tuesday, July 14, 2009

DI BUKIT BERBUNGA (19)

Kata kunci untuk mengajaknya sehidup semati akhirnya kuucapkan pada kekasihku LEN. Kuucapkan ketika ia rebah di dadaku. Matanya memandang bunga bunga yang tumbuh subur di sekitar kami. Tumbuh mekar di bukit berbunga tempat kami sering memadu kasih. Bukit bercinta yang amat indah dan amat bersahabat. Matahari seakan tersenyum melihat kemesraan kami. Bunga bunga nampak mekar seakan telah menyetujui agar kami sebaiknya melangkah ke mahligai pernikahan yang suci. Kukatakan apa yang sebenarnya ada di hatiku. Kukatakan aku ingin agar dialah nanti yang akan melahirkan anak anakku. Dia yang akan menyusui dan merawat anak anakku dengan penuh cinta dan penuh kasih. Iapun mendengarkan semuanya dengan rasa bahagia yang amat sangat. Tapi ia akhirnya hanya menjawab agar ia diberi waktu tiga hari untuk berpikir. Saya tidak terkejut mendengarnya meski ia mengatakan untuk berpikir. Sebab saya telah lama melihat cinta di matanya. Tapi aku tidak mau sabar menunggu jawaban sebegitu lama. Aku mendesaknya sehingga ia minta waktu dua hari. Kuakui bahwa akupun tahu bahwa iapun tak akan mampu untuk berpisah denganku. Kusadari bahwa ia hanya bercanda dengan jawabannya. Tapi aku terus mendesaknya hingga ia mengatakan minta satu hari dam akhirnya ia minta waktu hingga mentari tenggelam di ufuk timur pada sore harinya. Saya tidak mau mendesaknya lagi untuk menjawab pertanyaanku seketika itu juga. Mungkin karena aku sangat menyayanginya. Aku ingin ia seperti gadis lain yang dilamar lelaku dan butuh waktu untuk berpikir. Kuberi ia waktu hingga mentari tenggelam di balik bukit. Meski aku sudah tahu dengan pasti ia sangat sayang dan mencintaiku. Kubiarkan waktu itu berlalu penuh bunga mekar. Kubiarkan jarum jam berjalan terus menyaksikan keindahan cinta kami. Cinta yang kuharapkan akan abadi untuk selama lamanya.
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment