Friday, July 17, 2009

PERLU PERTIMBANGAN DAN KEBERANIAN (28)

Jalan sesuai jalur adat mungkin sudah buntu. Berulangkali aku mencoba ingin menerangkan pada calon mertuaku. Tapi hasilnya tetap ditolak. Kini aku benar benar akan melakukan pelanggaran adat. Mengajak LEN untuk kawin lari. Tidak ada jalan lain lagi. Orang tua Len tidak menyetujui rancangan pernikahan kami. Jadi jalan satu satunya hanya mengajak Len untuk lari.
Ketika bertemu dengan seorang temanku seasal bernama Cudin, aku terus mengajaknya untuk bersama. Kebetulan dia berencana pulang malam ke kota kami. Sama dengan saya, sehingga saya mengajaknya untuk berencana pulang bersama.
Karena saya dan Cudin sudah satu tujuan, lalu iapun kuajak untuk sama sama pergi ke rumah Len. Ketika menuju ke rumah Len, aku benar benar sudah tidak mempertimbangkan apakah ayah Len memperbolehkan aku untuk menemui Len. Padahal ia sudah jelas jelas tidak menyetujui hubungan kami. Tapi Tuhan memang maha mengatur segalanya. Ketika saya belum sampai, orang tua LENpun sudah pergi menghadiri satu meeting. Meski dia tak akan memperbolehkan saya untuk menemui anaknya, tapi ternyata aku dengan mudah menemuinya. Sebab sudah suratan aku harus dengan mudah bertemu LEN. Saya datang dan langsung masuk ke rumah Len pada malam itu. Di malam ini, kami berbicara panjang lebar. Memang pernah Len mengucapkan bahwa ia bersedia menikah denganku meski harus dengan jalan kawin lari. Tapi ucapan tempo hari tentu ucapan karena rasa cinta dan rindu yang amat sangat. Tapi malam ini tidak cukup hanya atas dasar cinta dan rindu lagi. Kenyataan sudah ada di depan mata. Sekarang perlu perencanaan, perlu keberanian, perlu pertimbangan, perlu memikirkan akibatnya. Memang aku menyadari bahwa saat itu aku dan Len belum sama sama kenal sejauh jauhnya. Entah atas dasar apa cinta kami bisa bersemi begitu. Aku tak tahu harus menjawab atas dasar apa. Hanya Tuhanlah yang tahu kenapa aku dan Len bisa saling jatuh cinta secepat itu, dan bisa mengambil keputusan untuk kawin lari saja karena ketidak setujuan orang tua. Tapi aku sudah merasa, dialah yang terbaik bagiku. Aku tak ingin berpaling dari cinta kami. Aku mencintainya sepenuhnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment