Tuesday, July 14, 2009

DIA TAHU, TAK TAPI TAK MENGERTI SEJAUH MANA (17)

Ketika akan pulang bersama temanku Marwan. Saya terus berpikir tentang kerinduanku pada LEN yang tidak bisa kukontrol lagi. Kapan aku akan pergi menemui LEN? Besok? Maukah LEN menjadi istriku? Maukah ia bersatu denganku dalam mengarungi kehidupan ini? Bagaimana kalau ia tidak mau? Bagaimana kalau ia hanya mau berpacaran seperti selama ini? Banyak pertanyaan berputar putar di benakku dan tak satupun yang sempat kusampaikan pada temanku Marwan malam ini. Lalu ketika kami berjumpa dengan temanku yang lain, Ilham, saya terus mengajaknya bicara. Kuceritakan padanya bahwa saya akan menikah. Ia nampak sangat tersentak mendengarnya. Lalu ia memperhatikan wajahku dengan sangat seksama. Ilham tahu dari mana saya malam ini. Dia tahu siapa yang menjadi teman wanitaku belakangan ini. Lalu ia menanyakan apakah saya akan menikah dengan Enny. Lalu kujawab dengan tidak. Kuterangkan bahwa aku akan menanya LEN dan akan menikahinya kalau ia bersedia. Ilham terdiam mendengarnya. Ia menatap wajahku. Tak tahu apa yang ia pikirkan. Lalu setelah berpikir sesaat, ia terus menuduh aku telah gila. Saya tidak menjawab, tidak tersinggung dan juga tidak marah. Sebab ia tak tahu bahwa aku sudah menjalin hubungan cinta dengan LEN akhir akhir ini. Mungkin ia menganggap saya gila karena belum mengenal LEN lebih dalam lalu sudah minta untuk menikah. Entah itu yang ia pikirkan atau juga yang lain. Saya kurang suka untuk mengetahui alasannyanya. Sebagai seorang teman saya memberi tahu. Kurasa saya sudah menghargai. Lagi pula dia tahu dari sejak mula pertama bersua dengan LEN, aku sedah pernah memberi tahunya bahwa aku sangat suka pada LEN. Sebagai seorang sahabat ia juga sudah pernah membantuku untuk mempertemukan aku dengan LEN. Ia sudah pernah membantu. Mungkin hanya karena tak paham sudah sejauh mana hubunganku dengan LEN. Itu mungkin ya Yang membuatnya heran sehingga ia menuduhku gila. Kuakui ia memang tidak banyak tahu. Ia lebih tahu mengenai hubunganku dengan Enny daripada LEN. Memang masalah LEN sengaja tidak kuceritakan padanya. Sebab ia sering berlaku tidak sopan. Saya takut kalau ia akan membuat masalah nantinya. Tapi yang jelas ia tahu aku menyukai LEN. Dan ia pernah membantuku untuk mempertemukanku dengan LEN pada beberapa bulan lalu.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment