Thursday, July 16, 2009

MUSUH DALAM SELIMUT (25)

Entah kenapa sebegitu ruwet perahu cintaku bersama LEN. Baru saja berlayar sudah terombang ambing oleh badai fitnah. Kenapa Tia tahu tentang hubunganku dengan LEN. Padahal aku sudah putus dengannya sebelum aku merajut kasih dengan LEN. Bagaimana dengan Budi dan Basyid? Mereka malah tak tahu tentang hubunganku dengan LEN. Bahkan mereka tak mengenal LEN sama sekali. Bagaimana dengan Marwan? Ia juga pasti tak tahu. Ia memang pernah melihatku membawa LEN di kotaku. Tapi ia tak mengenal LEN lebih jauh. Bagaimana dengan Ilham? Mungkinkah ia yang mengadukan tentang rencana pernikahanku pada Tia. Ilham sangat baik. Ia bahkan pernah kusuruh untuk memanggil LEN agar kami bisa bertemu. Agar kami bisa pergi kemanapun kami mau? Mungkinkah ia yang merupakan musuh dalam selimut? Sehingga orang tua Tia datang menangis menemui family LEN agar orang tua LEN jangan merestui hubungan kami? Saat itu aku sudah dituduh menjadi seorang pengkhianat. Padahal aku dan Tia putus secara baik baik. Semoga Suatu hari Tuhan akan memberi tahuku, siapa sebenarnya pengkhianat di antara orang yang tahu tentang rencanaku menikah dengan LEN. Sungguh ini sesuatu yang amat susah untuk diselesaikan. Karena orang tua LEN pasti tidak sama dengan LEN. Aku menyadari kesulitan ini. Aku juga menyadari bahwa meyakinkan LEN adalah kunci dari semuanya. Tapi begitupun aku sudah harus berhadapan orang tua LEN. Yang belum pernah kukenal wajahnya sebab kami memang belum pernah berjumpa walau aku sering ke rumah LEN. Aku belum pernah bertemu dengannya walaupun aku sudah pernah makan di rumahnya, berdua di rumahnya bersama anaknya LEN. Entah kenapa Tuhan membuat kami tidak pernah saling mengenal satu sama lain. Tapi hari ini aku akan menemuinya seperti janjiku pada LEN. Dia akan kutemui sebagai seorang calon mertuaku. Sementara yang pasti, ia akan menerimaku sebagai seorang yang telah menipu putrinya. Sebagai seorang yang telah ia anggap sebagai seorang pecundang. Tapi aku tetap tidak akan perduli. Aku mencintai LEN. Aku punya janji untuk melamarnya pada orang tuanya. Aku akan lakukan semua demi cinta kami. Sebab aku percaya dengan sepenuh keyakinan, ia terlahir hanya untukku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci

No comments:

Post a Comment