Saturday, July 25, 2009

CRYING OF MY WIFE (44)

14 tahun setelah terjadinya perkawinanku dengan LEN, tak ada masalah pertengkaran yang berarti antara aku dan istriku. Tapi tiba tiba temanku yang juga merangkap familyku yang sering kupanggil Pak Tua datang ke tempatku. Ia mengatakan ada temannya yang fasih berbahasa Inggeris. Pak tua sangat senang berlatih Bahasa Inggeris dengannya. Mulanya saya tidak menduga siapa siapa. Tapi setelah ia bilang namanya Mery dan tinggal di Jerman, saya langsung mengatakan bahwa dia pasti Mery mantan pacarku. Kuceritakan bahwa aku pernah mempermalukan Mery demi cintaku pada LEN ketika kami masih berpacaran. Kuceritakan lagi bahwa LEN tidak mengizinkan aku berurusan dengan Mery dengan masalah apapun juga. Sehingga aku pernah mengatakan agar Mery jangan lagi pernah menemuiku. Tapi rupanya beberapa hari yang lalu, Pak Tua lupa dengan ceritaku. Suatu hari karena Mery masih liburan di kota saya, Mery melintas di depan tempat usahaku. Lalu karena Pak Tua terlupa dengan ceritaku, ia langsung memanggil Mery. Mulanya saya merasa tak senang kalau Mery datang lagi. Sebab aku tahu istriku akan merasa tak senang kalau Mery datang lagi. Tapi kuyakinkan diriku bahwa istriku sudah melupakan masalah Mery. Lalu karena Mery sudah di depanku, aku hanya menanyakan apakah ia sehat, sudah berapa anaknya? Ia mengatakan bahwa ia belum dikaruniai anak. Kukatakan semoga ia akan cepat mendapat keturunan. Tapi biarpun hanya dengan pembicaraan yang sedikit ini, istriku tidak menerima kejadian ini. Len menangis ketika sudah sampai di rumah pada malam harinya. Aku sudah meyakinkan bahwa aku hanya mencintai LEN. Aku menceritakan lagi pada istriku bahwa aku pernah mempermalukan Mery, aku pernah mengusirnya, tak cukupkah itu menandakan cintaku. Kuyakinkan LEN dengan sepenuh harap. Aku tidak akan melepaskan cintaku pada LEN. berbagai macam cara kubuat agar aman. Akupun tak tahan melihat bila istriku menangis. Padahal aku hanya bicara tiga kalimat. Sungguh saat itu membuat aku tak tahu meyakinkannya. Lalu kuterangkan bahwa bukan aku yang memanggil Mery. Tapi Pak Tua. Kenapa aku yang salah. Lama juga untuk meyakinkannya. Tapi aku bersabar karena ia hanya salah mengerti. Kuterangkan sejelas mungkin bahwa aku tidak menyukai siapapun. Kukatakan padanya aku hanya mencintainya. Aku hanya mencintai LEN. Barulah perlahan lahan ia tak menangis lagi.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment