Thursday, July 16, 2009

KULIHAT KERAGUAN DI HATINYA (23)

Rambutmu cantik. Aku suka model rambut seperti ini. Ini yang kuucapkan pada pacarku LEN hari ini. Aku melihat senyum di wajahnya. Senyum bangga seorang perempuan karena ia telah bisa memberikan sesuatu yang diinginkan seorang dambaan hatinya. Tapi senyum itu hanya sebentar saja. Senyumnya seketika pudar berganti wajah dengan rona keraguan yang sangat. Aku jadi terheran. Tapi tak segera kutanya penyebabnya sebab teman LEN sedang bersama kami. Yaitu temannya bernama Irma yang selalu siap membantu menyuburkan bunga cintaku bersama LEN. Tapi setelah aku hanya bersama LEN berdua, dia sendirilah yang mulai menerangkan semua. Dia mengatakan bahwa orang tuanya telah berada di rumahnya. Dan saudara ibunya yang tinggal sekota denganku datang menceritakan satu cerita yang amat pedih dan yang cerita yang sepertinya akan mengganggu hubungan cinta kami. LEN menyampaikan cerita seorang ibu ibu yang datang mengadu dan menangis ke rumah saudara ibunya. Katanya ibu ibu ini mengatakan bahwa saya punya hubungan cinta dengan putrinya. Katanya saya sudah melamar putrinya. Katanya mahar perkawinan kami sudah dibicarakan. Tapi ketika mereka tahu bahwa saya akan menikah dengan LEN, itu makanya ia datang dan memohon agar keluarga LEN diberitahu tentang hal ini. Sekarang kabar itu sudah sampai ke dalam keluarga LEN. Orang tua LEN juga sudah tahu. Dan ini sudah menjadi masalah besar dalam rumah tangga LEN. Ini yang membuat LEN tidak segembira biasanya. Tapi aku tetap tahu bahwa ia merindukanku. Tapi bagaimana mungkin aku melamar LEN pada orang tuanya kalau aku sendiri sudah dinilai seorang pembohong besar. Tapi aku masih punya senjata. Aku masih sangat percaya bahwa LEN tetap mempercayaiku. Tapi karena aku melihat ada rasa sedih dan rasa curiga tergambar di wajahnya, saya lalu menjawab. Saya tidak pernah mendustaimu. Saya sudah mengatakan semua dengan sejujurnya. Perempuan yang kau ceritakan mungkin ibu Tia. Aku sudah menceritakan tentang Tia padamu. Aku tidak pernah berniat membohongimu. Aku datang dengan cinta. Aku datang dengan kasih suci. Aku tidak akan kembali padanya. Tidak bagaimanpun juga. Aku hanya hanya mencintaimu seorang. Soal ibu Tia, mungkin datang hanya karena rasa benci dan ingin menghancurkan cinta kita. Itu yang kukatakan pada LEN.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment