Wednesday, July 15, 2009

BERLIAN INDAH PERTANDA CINTA (22)

Setelah LEN mengakui telah bersedia untuk hidup bersama denganku, mulailah pembicaraan kami terfokus untuk memberitahukannya pada orang tua. Dia telah kusuruh untuk memberitahukan pada orang tuanya tentang hubungan kami. Dan telah kusuruh untuk memberi tahu pada orang tuanya bahwa kami akan menikah. Memang begitulah adat yang berlaku di daerahku. Dan itu jugalah adat yang kami pakai di keluarga kami, walau kami sendiri kurang mengerti adat setempat, sebab kami memang keluarga pendatang ke daerah ini. Saya lahir dan besar di daerah Sumatera Utara. Saya mulai bergaul di daerah itu juga. Kamipun terbiasa membawakan adat setempat, walau terkadang terasa janggal di depan orang lain, karena kami memang suku pendatang. Tapi walaupun kami merupakan suku pendatang dan juga suku campuran, tapi ayah dan nenek nenekku sudah terbiasa dengan adat dan budaya setempat. Jadi kamipun berencana untuk melangkah melalui jalan adat. Memang itu yang LEN mau, dan itu juga memang yang dianggap yang terbaik. Lalu sayapun mulai menggambarkan bagaimana sekiranya saya langsung melamarnya pada orang tuanya. LEN setuju saja. Tapi ia mengatakan bahwa orang tuanya sedang di luar kota. Jadi kami harus menunggu agar orang tuanya kembali, barulah aku nanti bisa melamar LEN pada orang tuanya.
Ketika dipertemuan kami ini, aku masih sempat membelikan perhiasan permata padanya. Menurut ukuran kemampuanku, itu kuanggap sebagai sesuatu yang mahal harganya. Tapi saya merasa ikhlas saja, sebab aku sudah merasa bahwa ia adalah istriku. Apa yang aku punya, kuanggap dia punya. LEN adalah milikku, dan aku adalah miliknya. Begitulah perasaanku saat itu. Tapi untuk memiliki secara sah menurut hukum Tuhan, tentu kami harus melalui ritual pernikahan agama dulu.
Di saat itu, ia akan kembali ke rumahnya. Ia akan kembali dengan perhiasan permata yang kuberikan. Entah ia pergi dengan memakai hiasan berlian yang kuberikan. Entah itu akan tetap ia pakai sampai ke rumahnya atau juga dibuka ditengah jalan, sayapun tak tahu. Kalau sekiranya tetap ia pakai, tentu ibunya akan bertanya. Tentu ibunya akan heran bahwa perhiasannya telah berganti. Siapa yang menukarnya? Tentu ibunya akan bertanya. Tapi aku sendiri tak tahu apakah ia tetap memakai perhiasan yang kuberikan, bukan perhiasannya sebelumnya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment